Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Nggak Gampang "Hidup" sebagai Zombie (Dua Puluh Satu)

1 Mei 2023   20:04 Diperbarui: 1 Mei 2023   20:05 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Sebelumnya....

Bronson telah menyatakan alasan kunjungannya dengan kecemasan yang begitu nyata, sehingga para anak buah yang terkait permintaannya diperintahkan oleh Kawat untuk membiarkannya masuk.

Bilik Kawat berada di bagian paling bawah kapal, jauh di dalam palka bawah air. Ruangan itu kecil, hampir tiga kali tiga meterdan setengah diisi oleh Kawat sendiri di sofa kulit putih yang rangkanya dia buat sendiri. Kandang kecil itu dipenuhi asap dari rokok klembak menyan yang tak pernah lepas dari bibirnya, terperangkap tersebab kurangnya jendela dan tidak punya tempat untuk pergi selain menetap di seluruh sisa ruang kosong. Kursi lipat aluminium kecil adalah satu-satunya perabot lain di ruangan itu.

Bronson tetap berdiri, nyaris tidak melihat Kawat, dan nyaris tidak mendengarnya juga. Kawat mulai menceramahinya begitu Bronson menutup pintu atas perintahnya. Apa yang dia katakan terdengar seperti ini bagi Bronson:

"Bemesleheh kelengbeh umehui gedehui tembe lekum, merihwan! Sem slegis cuih, epu ferto grehs?"

Bronson mengangguk dan terus mendengarkan, perlahan-lahan menjadi terbiasa dengan gumaman yang bergemuruh, dan akhirnya menentukan bahwa Kawat mungkin berbicara dengan dialek Ibrani kuno. Kawat terkenal mengaku dirinya sebagai seorang terpelajar dan senang pamer. Dia membuka gulungan peta Besar Dunia versi pra-Marco Polo dan menunjuknya dengan cerutunya. Setelah beberapa saat, monolognya mereda dan dalam keheningan yang mencekam, Bronson dengan gugup angkat bicara.

Dia memberi tahu Kawat tentang pertemuan Sony Sapuijo dengan Gogon Aruana di tepi sungai, dan kemudian menunggu lama dalam bau apak tembakau kemenyan dan kesuraman sementara Kawat menimbang-nimbang kisahnya itu.

"Kupikir kau yang menghabisi anak itu," gerutu Kawat akhirnya.

"Aku memang membunuhnya," jawab Bronson. "Mati seperti jamur kuping. Menguburnya juga, seperti yang kau perintahkan padaku."

"Dan kau sudah menaburkan kuburannya dengan cabe gendot dan daun kelor?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun