"Jangan terlalu dipikirkan. Ini benar-benar normal." Surya mengangkat bahu, seolah-olah dia telah melihat semuanya sebelumnya. Dan dia telah melihatnya. "Selama perubahan, dia akan tidur panjang."
Aku mengangguk dan kemudian menunjuk ke papan penunjuk arah dari logam hijau. "Satu kilometer lagi kita ketemu kota. Kita perlu mendapatkan persediaan darurat."
"Ya, terutama makanan dan air, tapi juga mobil dan bensin, jika kita bisa mendapatkannya."
"Senjata dan amunisi juga," aku menimpali.
"Benar! Amunisi yang sangat banyak!"
Senyum mengembang di bibirku saat pikiranku mulai berpacu, mencari cara agar kami bisa keluar dari kesulitan yang kami alami.
"kalau kita tidak dapat menemukan senjata dan amunisi, selalu ada gergaji mesin. Kita bisa memeriksa garasi."
Surya menggelengkan kepalanya. "Tidak. Gergaji mesin terlalu berisik dan mungkin mengundang lebih banyak zombie. Selain itu, gergaji beratnya sekitar lima kilo, dibandingkan dengan senjata yang beratnya sekita sekilo seperti parang, linggis, sekop, atau tongkat baseball. Ingat, kita hanya mencari apa pun yang bisa meremukkan atau memenggal tengkorak dalam satu pukulan. Jika tidak bisa, tidak ada gunanya menyeretnya."
Aku terkesan. Surya tahu pasti bagaimana menangani zombie. "Tips bagus, Tuan Pemburu Zombie," kataku sambil tertawa.
"Ini serius, Bay. Lengah aja sekali - sekali aja - dan kamu mati. Lebih parah lagi, kamu mungkin membuat orang lain ikut terbunuh. Mengerti?"
Aku mengangguk, meskipun Surya masih membelakangiku.