"Omongan orang idiot sejati. Tapi bagaimanapun, pertahankan sikap itu. Bahkan biarpun itu omong kosong yang kamu bilang untuk dirimu sendiri, kamu memang butuh omong kosong sombong itu untuk bertahan hidup."
"Aku tahu ini adalah dunia yang keras dan kejam di luar tembok kota, tapi aku bisa mengatasinya. Aku akan selamat!"
"Salut sama sikapmu. Aku hanya berharap kamu benar-benar siap karena kamu harus bertarung seperti belum pernah bertarung sebelumnya."
"Bagus. Kamu ingin aku mengalahkan para zombie? Aku siap untuk itu. Bukannya aku punya banyak pengalaman, tapi aku yakin tidak mungkin sesulit itu untuk mengalahkan pasukan tak berakal yang terdiri dari orang-orang aneh yang sudah mati, yang berkeliaran terseok-seok dan tersandung apa aja. Aku sudah berlatih menembak selama setahun, dan aku sudah sangat mahir menembak, Sur."---
"Kamu akan punya banyak kesempatan untuk memusnahkan zombie sebanyak-banyaknya nanti, percayalah. Tapi sekarang kamu harus menyingkirkan masalah kecil kita dulu."
"Apa masalahnya?"
"Kamu harus membunuhnya. Bunuh cewek itu dan bebaskan dia dari kesengsaraannya."
"Apa yang kamu bicarakan? Aku tidak akan membunuh siapa pun kecuali mereka yang sudah mati dan mencoba menggigit kakiku seperti paha ayam goreng."
"Tapi menyerahkan dia pada takdirnya hanya... itu kejam."
Hatiku tersentak. "Mustahil."
Dia memutar matanya. "Kamu benar-benar pembohong. Kamu bukan baru ketemu dia. Sudah berapa lama kamu menyembunyikan pacar rahasiamu dari kami?"