Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Badai Takdir (Empat Belas)

12 April 2023   21:51 Diperbarui: 12 April 2023   22:48 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pri. Ikhwanul Halim

Sebelumnya....

Selama dua bulan berikutnya Kendida berhasil menghindari Thozai. Dia mengirimnya untuk berbagai misi, membuatnya sibuk dengan segala macam tugas. Namun Thozai tidak bodoh. Dia tahu apa yang dilakukan Kendida dan akhirnya Thozai datang ke ruangan pribadinya. Meskipun penjaga telah diberitahu bahwa Ratu tidak ingin menemui pengunjung, Thozai memaksa dan penjaga melaporkan kepada Ratu. Thozai diizinkan masuk.

"Menurutmu apa yang sedang kamu lakukan?" begitu masuk Thozai langsung bertanya tanpa basa- basi lagi. Dia tidak peduli dengan kehadiran orang lain di ruangan itu, dan mereka tidak tahu apakah mereka harus pergi atau tidak.

"Thozai," Ratu menyebut namanya, tetapi kali ini tidak menghampirinya. Dia hanya menatap melalui cermin.

"Aku sudah menduga kamu akan tahu, tapi ternyata aku salah."

Tozai tidak menjawab. Dia hanya menatap Kendida dengan tatapan setajam mata panah.

Kendida memutuskan untuk mengubah topik pembicaraan.

"Aku ingin mengadakan kompetisi."

"Seperti apa?"

"Bertarung, tentu saja!"

"Untuk apa?"

"Untuk siapa saja yang ingin ikut berkompetisi."

"Apa hadiah utamanya?"

"Aku belum tahu."

Kendida dia sejenak dan melihat ke bawah ke meja yang dia duduki. "Pemenangnya akan menghadapi Kinan dalam pertarungan!"

"Kamu sudah gila, kamu tahu itu," kata Thozai perlahan.

"Aku yakin pikiranku lebih jernih hari ini daripada hari-hari kemarin," katanya tanpa mengangkat kepalanya.

Thozai bergerak ke arahnya, tetapi Kendida mengangkat tangan.

"Jangan." Kendida terdiam cukup lama sebelum berkata, "Kamu menaruh kepercayaan pada muridmu?"

"Terlalu dini baginya untuk menghadapi siapa pun dalam sebuah kompetisi."

"Tetapi suatu saat pasti akan terjadi. Paling cepat seminggu dari sekarang dan jika dia ingin aku menerimanya, maka dia harus mencobanya. Ini akan memakan waktu sebelum Kinan dibolehkan untuk membuat kompetisi pertarungannya sendiri. Paling tidak lima tahunke depan."

"Baiklah. Aku akan membuat pengumuman dan siapa pun yang bersedia dan mampu akan diminta untuk mendaftar dalam waktu tiga hari. Kompetisi akan dimulai dalam seminggu."

"Tidak ada kecurangan. Aku ingin kompetisi yang bersih. Setiap orang yang menang di berbagai tahap kompetisi akan ditugaskan untuk menjadi pengawal pribadi salah satu bangsawan. Atau jika tidak ada tempat lain, maka mereka akan diberikan tugas resmi dan medali kehormatan. Kamu siap untuk semua itu?"

"Ya, Yang Mulia."

"Kalau begitu, mulailah membuat persiapan."

Thozai berjalan ke pintu ketika Kendida memanggilnya kembali. "Aku lupa. Satu hal lagi, tidak boleh ada pembunuhan."

Thozai berjalan keluar tanpa sepatah kata pun.

***

Berita tentang kompetisi petarung yang diadakan Kendida menyebar dengan cepat sebelum Thozai membuat pengumuman resmi. Dalam waktu dua jam, kabar tersebut telah sampai ke kastil Angrokh dan sampai ke telinga Sarritha.

"Kamu murid Thozai, bukan?" seseorang bertanya padanya.

"Ya," jawabnya.

"Saya mendengar bahwa Anda pasti akan mengikuti kompetisi."

"Dari mana Anda mendengar itu?" Sarritha bertanya dengan rasa ingin tahu.

"Kabar angin. Apakah Anda siap?" dia ditanya.

"Siap untuk apa?"

"Anda akan menghadapi orang-orang yang telah berlatih sepanjang hidup mereka. Anda harus siap. Mereka akan membantai Anda."

Sarritha jadi bertanya-tanya apakah hal itu benar. Dia menunggu dan setiap menit yang berlalu membuatnya semakin khawatir. Thozai tidak muncul untuk melatihnya. Dia mengira Thozai pasti sibuk dengan rencana kompetisi. Gadis itu menjadi sangat gugup sehingga setiap kali seseorang memanggil namanya dia menjadi terkaget-kaget.

BERSAMBUNG

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun