Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tak Ada Waktu

31 Maret 2023   23:59 Diperbarui: 1 April 2023   00:11 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dia menatap tubuh yang tergeletak di tanah, tak tahu apayang sedang dia rasakan. Apakah harus menangis, tertawa, mengamuk pada semesta, selain hanya duduk di sana. Yang bisa dia lakukan hanyalah duduk dan menatap.

Kantung ikat pinggang itu baru. Dia belum pernah melihatnya sebelumnya. Tangannya menjangkau mayat itu, membuka, mengeluarkan cerutu, korek api, sebotol wiski, dan granat.

Livernya sendiri sudah lama rusak, paru-parunya berlubang. Dia telah bersumpah untuk berhenti minum dan merokok bertahun-tahun yang lalu, tetapi sekarang bukan masalah lagi. Dia sudah mati, hanya menunggu waktu untuk mati.

Rencana yang sederhana. Sabuk waktu curian memberinya keuntungan besar di pasar gelap barang antik, dan medan pertempuran Mongol di bawah akan menghasilkan artefak bernilai jutaan bagi kolektor yang tepat. Dia tidak tahu bagaimana mereka melihatnya, atau mengapa tentara Jenghis Khan itu mengejarnya, tetapi dia tidak punya pilihan selain bertarung. Sabuknya masih panas, melompat lagi akan membunuhnya. Selain itu, dia tidak terlalu takut. Keunggulan teknologi selama satu milenium telah mengatasi kepengecutan bawaan alamiahnya.

Dia telah membantai beberapa prajurit Mongol dengan pedang laser sebelum melihat sosok muncul di belakang mereka, seperti dalam selusin pertempuran sebelumnya. Dua pistol di kiri kanan mempersingkat laju dua puluh penunggang kuda, dan dia baru saja mulai menjarah mayat di sekitarnya ketika dia melihatnya di garis luar medan pertempuran. Satu tubuh yang bukan milik orang Mongol, tapi seorang penjelajah waktu.

Tubuhnya.

Polisi Ruang-Waktu tentu tak menyetujui apa yang dia lakukan, tetapi ketika kamu keluar dari waktumu sendiri dengan melanggar hukum, apa lagi? Kamu diserang, kamu tidak punya back up, maka kamu harus berusaha sendiri.

Selamat dari pertempuran, lalu lompat ke masa lalu, dan berusahalah untuk menang!

Dia telah berhasil sebelumnya, dan bukan risiko yang besar. Tidak peduli bagaimana garis waktu pribadinya berputar, dia hanya bisa mati sekali saja. Selain itu, risiko besar adalah kontak awal, inkarnasi selanjutnya yang datang untuk membantu akan tahu persis apa yang sedang terjadi. Dia sedikit tidak yakin tentang kesinambungan kausalitas, tetapi dia bukan ahli teori dan berhasil!

Tapi sekarang dia tahu masa depannya, bukan masa lalunya. Pedang kuno, penyerang yang tak terlihat, mungkin prajurit yang tersesat. Tebasan muncul di bawah lengannya, menembus pelindung besi dan membelah ketiaknya hingga dada. Dia terhuyung-huyung, merangkak, menggeliat sebelum kehabisan darah. Itu akan sangat menyiksa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun