Dengan alis terangkat, Zak menatap ke hutan. "Kurang lebih."
Miko berlari menuju hutan tanpa berpikir dua kali.
Tiwi menatap Zaki, dan dia hanya menggelengkan kepalanya dan mengangkat bahu.
Mengapa Miko selalu harus membuktikan sesuatu? Atau apakah dia benar-benar menyukai bahaya dan mengambil risiko?
"Yo, Mik!" Tiwi berteriak. "Kamu mau kemana?"
"Gue mau ngecek, singa apa bukan!" Miko balas berteriak.
Zaki menghela napas. "Baiknya kita jemput itu anak."
"Ya, atau dia akan memburu apapun itu jauh ke dalam entah-di-mana."
Tiwi berlari mengejar Miko. Ranting dan dahan patah di bawah kakinya saat dia menyusuri hutan tropis. Untung Miko belum jauh sehingga dia bisa menarik baju cowok itu untuk mendapatkan perhatiannya.
Terakhir kali Miko mencoba sesuatu yang sangat bodoh, dia berusia empat tahun. Dia mengejar dua rusa ke dalam hutan, dan sebuah regu pencari menemukannya enam jam kemudian. Tiwi mengira Miko memang suka mencari sensasi, atau mungkin itu memang bawaan orok yang tertulis di rangkaian DNA-nya.
"Kamu udah gila, ya?" Tiwi mencengkeram lengannya untuk menariknya lebih dekat, tetapi Miko berhasil melepaskannya.