Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kudeta

30 Maret 2023   20:20 Diperbarui: 31 Maret 2023   00:16 494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Monalia berdiri di atas Menara Linukh, menatap Monolith dari jarak bermil-mil jauhnya. Bangunan itu secara resmi bernama Markas Administrasi Kolonial, tetapi selalu disebut Monolith. Bentuk hitamnya yang mengesankan menjulang tinggi di atas lansekap kota. Linukh adalah satu-satunya bangunan yang mendekati ketinggiannya.

Menara Linukh merupakan kantor perusahaan Asuransi Linukh di masa depan, sebuah perusahaan yang mengeruk laba sangat besar sekaligus sangat biasa-biasa saja. Monalia juga merupakan seorang karyawan. Menara Linukh telah naik setingkat demi setingkat ke langit selama dasawarsa terakhir. Tinggal beberapa minggu dari pembukaan resminya. Pembukaan tidak resminya akan datang lebih cepat.

Monalia menyesuaikan kaca matanya, memperbesar pnadangan ke dasar menara. Iring-iringan mobil baru saja masuk melewati barisan bendera yang melambai. Lebih lambat dari yang dia harapkan, tetapi masih tidak terlambat menurut jadwal. Jadwalnya menurut apa yang mereka tentukan. Monalia bisa menunggu.

Gumpalan awan mengaburkan pandangannya sejenak. Dia memalingkan muka, menyentuh satu jari ke ponselnya. Hitungan mundur dimulai.

Di bawah kakinya, mesin yang tidak diizinkan berada di sana bergerak ke posisinya. Cetakan kelas industri menyelesaikan tahap akhir dari persiapan bertahun-tahun. Bahan konstruksi berlebih yang sengaja tidak didaur ulang di ruang bawah tanah, dimuat secara diam-diam ke lift berkecepatan tinggi.

Pengalihan yang cermat dan suap yang royal telah membuat tujuan pembangunan Menara Linukh tersembunyi sejak awal.

Monolith mempunyai pertahanan berlapis untuk menangkal serangan teroris dan pengepungan bersenjata. Untuk menjatuhkan pemerintahan yang korup dan tidak dapat dikalahkan keculai dengan cara yang benar-benar spektakuler membutuhkan pendekatan yang lebih inovatif.

Hitungan mundur: nol.

Di bagian depan gedung, jendela lift terbuka dan ditarik kembali. Meriam rel memanjang, mengunci posisinya.

Salvo pertama terdiri dari cangkang kinetik dan pembakar, terbuat dari bahan dasar yang tidak berbahaya. Kecepatan angin dan kondisi atmosfer diketahui. Sudut dan toleransi telah dihitung dengan tepat. Monalia menyaksikan tembakan senjata, disinkronkan dengan sempurna.

Sisi Monolith meledak menjadi kepulan debu dan api. Meriam pertahanannya otomatis membalas tembakan, tetapi pertahanan aktif dan pasif Menara Linukh yang direkayasa secara berlebihan hanya untuk gempa bumi dan badai, cukup melindunginya. Arsitek Monolith ternyata tidak mengantisipasi bahwa rancangannya mungkin harus menghadapi gedung pencakar langit yang penuh dengan senjata mematikan.

Drone terbang mendekat, tetapi membelok sebelum mencapai jangkauan. Pengamanan terhadap tabrakan dengan struktur tinggi telah diprogramkan ke dalam pesawat militer. Tentu saja pemrogaman dapat diganti, tetapi itu akan memakan waktu.

Salvo kedua dari putaran eksplosif menghancurkan kerangka lantai bawah yang melemah. Monolit bergoyang, mengeluarkan asap tajam, lalu runtuh dengan sendirinya dengan gerak lambat yang anggun. Awan debu membungkus alasnya dan menyebar ke seluruh kota.

Begitu saja. Berakhir sudah. Waktu habis.

Monalia tahu bahwa peringatan kepada angkatan bersenjata sudah disiarkan. Dia tidak mengharapkan perlawanan yang signifikan. Senjata yang dia gunakan seharusnya sudah cukup mengintimidasi.

"Kerja bagus," katanya ke ponselnya. Era baru telah dimulai, pikirnya.

Angin sepoi-sepoi mengacak-acak rambutnya, memperlihatkan tunggul Monolith yang hancur. Beberapa saat yang lalu Markas Administrasi Kolonial, tetapi sekarang hanyalah kuburan rezim lama.

Bayangan Menara Linukh serupa pedang perak yang megah menaungi seluruh kota. Tidak ada bangunan pencakar langit lain didekatnya.

Bandung, 30 Maret 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun