Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Skandal Sang Naga (Bab 13)

29 Maret 2023   10:39 Diperbarui: 29 Maret 2023   10:40 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebelumnya....

Sejauh yang aku tahu, 'tidak ada' untuk saat ini." Dia bangkit, dan mengambil gelasku dan pergi ke lemari minuman. "Polisi ada di apartemen Nona Ranya sekarang ini, menginterogasi dia. Jika dia tidak bersalah seperti yang kau bilang, dia akan memberi tahu mereka bahwa dia sedang menunggumu malam ini."

"Aku yakin dan berani bertaruh kamu benar," kataku tajam. "Dan tak perlu menyindir begitu."

"Memangnya aku nyindir?" tanyanya tanpa dosa. "Intinya adalah kau harus mulai berpikir tentang cerita yang cukup masuk akal kalau nanti ditanya polisi."

"Aku akan mengatakan yang sebenarnya kepada mereka. Tidak ada yang harus aku sembunyikan."

"Oh, Begitu menurut kau?" Prima menuangkan Courvoisier ke gelasku, lalu membawa gelasnya sendiri berkeliling ruang perpustakaan. "Kau menemukan mayat Archer di sana. Mengapa kau tidak menunggu sampai polisi datang ke apartemen dan memberi tahu mereka tentang hal itu? Polisi tidak akan menyukainya sama sekali." Dia menenggak isi gelasnya. "Kita tahu mengapa kau datang ke sini, untuk melapor kepada bos. Tapi polisi tidak akan mengatakan, 'Terima kasih banyak, Tuan Handaka. Anda bebas' kalaupun kau bilang bahwa kau mendapat misi membuntuti Ranya Vachel. Mereka pasti akan sangat penasaran."

"Jadi menurutmu apa yang harus aku lakukan?" kataku sambil mengangkat bahu. "Yang harus aku lakukan hanya menyebutkan departemen ini---"

"Justru Itu yang tidak boleh kau lakukan," potongnya dengan cepat, menggoyangkan jari telunjuknya ke arahku. "Masukkan ini ke dalam kepalamu, Han. Yang Tuan Joko khawatirkan adalah mengapa salah satu agennya yang paling dipercaya tewas. Bahwa kau dan aku berpendapat bahwa itu adalah kecelakaan murni tidak penting baginya. Tugasmu mencari tahu apakah Nona Ranya terlibat dengan orang-orang yang ingin menghindari Banyu. Dan untuk melakukan itu, Ranya tidak boleh tahu bahwa kau menguntitnya. Kau beritahu polisi tentang itu, dan mereka akan akan membocorkannya kepada wartawan dan mukamu akan muncul di televisi. Dan percayalah, tampangmu belum pantas jadi headline news saat ini."

"Tak masuk akal, tapi aku akan menganggapnya sebagai pujian atas kerjaku sejauh ini," kataku menghibur diri sendiri. "Ngomong-ngomong, kamu masih berpikir itu kecelakaan?"

"Orang Amerika itu dibunuh di apartemennya tentu saja membuka kemungkinan lain," Dia terlihat berpikir keras, lalu berkata dengan nada tegas, "Telepon dia sekarang. Beri dia alasan mengapa kau tidak muncul." Dia menuju meja dan membolak-balik buku agenda di atasnya. "Di sini ada nomor...."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun