"Bagaimana kamu tahu?" Nusvathi bertanya. Pada saat yang sama Angrokh bertanya, "Apa sebenarnya yang dia lakukan?"
"Itu bukan urusan kalian," jawab Kendida dan tiba-tiba berdiri. Kursi-kursi ini pasti tidak dirancang demi kenyamanan pemakainya, pikirnya.
Angrokh adalah orang yang berbicara selanjutnya karena dia lebih terbiasa dengan temperamen Kendida. "Kalau kamu tidak memberi tahu kami apa yang sedang terjadi, kami akan dipaksa pergi ke dewan ...." Dia membiarkan kata-katanya menggantung.
Keheningan mencengkam mereka, tetapi apakah Kendida akan menerima ancaman itu yang membuatnya tak tertahankan. Ancaman itu benar-benar nyata jika mendengar nada bicara Angrokh.
Kendida kembali duduk. "Dia sesuai untuk ambisiku."
"Apa ambisimu?" tanya Angrokh.
"Kekuasaan."
"Bagaimana tepatnya Thozai bisa membantumu? Kecuali...." suaranya terhenti lalu mulutnya menganga.
"Kecuali apa?" Nusvathi bertanya dengan tidak sabar. "Apakah dia merencanakan kudeta?"
Angrokh menoleh ke Nusvathi, "Kamu ingat sejarahmu?"
"Sejarah tentang apa? Thozai?"