Pada waktu tertentu dalam kehidupan seseorang, dia melupakan banyak hal. Dia tidak hanya lupa tetapi dia juga membayangkan dia lupa.
Mungkin ada alasan bagus dia lupa. Mungkin dia tinggal di pulau dan di sekelilingnya tanah yang datar, langit yang putih, musim kemaraunya begitu panjang seakan tidak pernah berakhir.
Dia tidak bisa membedakan satu hari dari yang lain, satu bidang atau pemikiran dari yang berikutnya.
Terkadang sesuatu yang buruk terjadi. Mungkin istrinya pergi. Atau hewan peliharaannya mati. Mungkin dia tidak menyadarinya selama satu atau dua minggu. Dia lupa.
Dan sungguh, mengapa tidak? Mengapa tidak pergi? Mengapa tidak lupa? Tentu ada yang menganggap hidupnya tragis.
Mereka ingin menyelamatkan pria itu. Dia pria yang baik. Mereka mengingat hari-harinya yang lebih baik. Mereka mengatakan dia harus berlibur, pergi ke suatu tempat yang eksotis, melihat dunia, dan kemudian kembali.
Mungkin pria itu memutuskan untuk melakukan perjalanan untuk bersantai. Dia terbang ke Paris, tetapi begitu sampai di sana, dia memeriksa paspornya. Dia memeriksa lagi dan lagi. Dia harus menyentuhnya. Melihatnya tidak pernah cukup. Tapi suatu hari paspornya hilang. Sekarang ketika pria itu meraih paspornya, tidak ada apa-apa di sana. Dia meraihnya berulang kali. Terkadang dia malah menyentuh burungnya. Terkadang dia lupa dia sedang menyentuh burungnya. Ketika dia menyadari apa yang dia lakukan, dia khawatir wanita akan menyadarinya. Dia ingin bertanya kepada wanita itu apakah dia memperhatikan, tetapi dia lupa. Mungkin para wanita juga lupa.
Mungkin itu hukum alam yang harus dilupakan. Segala sesuatu ketika orang tersesat dalam waktu dan pikiran. Bahkan para wanita, burung dan paspor. Tapi sungguh, dia ingin bertanya kepada seseorang, di mana dia meletakkan paspornya? Burungnya? Wanitanya?
Dia pikir dia akan mengetahui hal-hal ini kalau saja dia bisa tidur lagi di tempat tidurnya sendiri. Mungkin pada akhirnya, hanya itu yang diinginkan pria tersebut. Untuk satu malam terakhir di ranjang masa lalunya.
Ketika dia memikirkan tempat tidurnya, dia ingat seorang wanita di balik selimut dan seekor kucing. Atau dia pikir dia ingat. Dia ingat sinar pagi dan nyanyian burung merpati.
Lagu sedih, dua nada diputar berulang-ulang. Atau apakah itu lagu Sunda? Dia tidak yakin. Mungkin itu sebabnya dia mulai menangis. Dia bertanya-tanya apakah pernah ada tempat tidur seperti itu. Dia bertanya-tanya apakah lebih baik untuk melupakan
Bandung, 15 Maret 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H