Ini adalah kisah yang pernah didengar semua orang berkali-kali sebelumnya. Dimulai dengan seekor naga. Kamu bukan naga. Naga adalah makhluk bersisik yang mengembuskan api, dan kamu memiliki kulit yang lembut serta mengembuskan udara yang berbau seperti apa pun yang kamu makan untuk makan siang. Sepertinya jengkol.
Naga itu-yang pastinya bukan kamu-melilit dasar menara. (Kamu bukan menaranya, karena menara dadalah benda mati. Seharusnya saya tidak perlu memberitahumu ini.)
Di dalam menara adalah seorang putri. Seperti yang mungkin sudah kamu duga, kamu bukan sang putri. Dia menyesuaikan diri dengan beberapa konstruksi sosial tentang apa artinya menjadi wanita yang sempurna. Kamu terlalu tomboy, atau terlalu gemuk, atau kulitmu terlalu gelap. Kamu jangan mencari dirimu dalam cerita ini. Kamu harus mencarinya di tempat lain. Selain itu, Kamu toh, tidak ingin menjadi sang putri. Yang dia lakukan hanyalah menunggu untuk diselamatkan, dan betapa membosankan menunggu itu, bukan?
Di suatu tempat di kerajaan ada seorang pahlawan. Kamu ingin menjadi pahlawan supaya kamu dapat berpetualang dan membantu orang. Akan menyenangkan untuk dikagumi karena keberanianmu. Tapi, jelas, kamu bukanlah pahlawan dari cerita ini. Karakteristik standar seorang pahlawan berbeda dari yang dibutuhkan untuk menolong seorang putri, tetapi kamu pasti tidak memilikinya.
Sang pahlawan-yang tentu saja bukan kamu-membunuh naga dan menyelamatkan sang putri. Tidak ada yang terkejut. Semua orang pernah mendengar cerita ini sebelumnya. Mereka tidak sadar bahwa kamu tidak ada dalam cerita ini. Tidak akan pernah terpikir oleh mereka untuk bertanya mengapa.
Kamu adalah pahlawan dari cerita lain, dan cerita itu jauh lebih menarik.
Saya harap kamu menceritakannya, dan orang-orang akan mendengarkan.
Bandung, 3 Maret 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H