Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Legenda Sang Perusak (Bab 80)

1 Maret 2023   12:12 Diperbarui: 1 Maret 2023   12:21 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pri. Ikhwanul Halim

Taruna tahu anak-anak Taluk Kuantan jarang kabur dari rumah, tetapi orang-orang membuatnya terdengar begitu nyata sehingga dia akhirnya percaya itu umum terjadi.

Rumah duka sempat tercetus sebentar, dan dia merasa lega ketika segera dilewati dengan "Kami akan memeriksanya."

Taruna kembali ke rumah dengan perasaan aman dengan 'kisah tersesat di hutan' di USSMKR. Sosok gelap yang berdiri di sudut saat dia mengendarai sepeda pulang menarik perhatiannya. Sosok itu muncul dalam mimpinya akhir-akhir ini, dan mungkin muncul ke permukaan dari imajinasinya karena teman-temannya menghilang.

Ketika sosok itu muncul di tikungan berikutnya, Taruna melirik ke belakang. Dia yakin bahwa pikirannya mempermainkannya.

Sosok gelap itu masih ada di sana! Taruna tidak bisa melihat ke matanya. Bahkan, sosok itu seolah tidak memiliki wajah sama sekali.

Keinginan untuk bergerak lebih cepat mendorong Taruna melewati sosok itu. Jika dia tidak tinggal di situ, dia merasa dia akan melihatnya lagi. Dan  dia tahu bahwa dia akan melihatnya lagi!

Selalu terjadi seperti itu setiap kali dalam mimpinya dan sekarang menjadi kenyataan!

Saat Taruna melompat dari sepedanya dan berlari ke pintu depan, matanya melesat ke kiri dan ke kanan karena takut akan apa yang akan terjadi selanjutnya. Pintu depan dipegang dengan kencang. Orang tuanya pergi sedang ke suatu tempat dan pintu rumah terkunci. Air mata mengalir di matanya. Dia tidak punya tempat untuk pergi ...

Menyandarkan punggungnya ke pintu, dia menunggu kedatangan sosok yang tak terelakkan itu. Dia harus berani dan menghadapinya. Dia tidak ingin mati seperti yang selalu nyaris dia alami dalam mimpinya. Tapi itu akan terjadi. Mimpi itu adalah ramalan, dan dia telah banyak membaca tentang ramalan di perpustakaan sekolah. Tidak ada bisa lari dari takdir, dan ramalan mimpinya telah menentukan ini sebagai takdirnya.

Namun, detik-detik berlalu dengan lambat, dan tidak ada yang terjadi. Ketika orang tuanya berhenti di jalan masuk, dia berlari menuju mobil mereka. Dia merasa aman sekarang. Ibu bapaknya akan melindunginya dari sosok itu.

BERSAMBUNG

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun