Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kisah Para Ksatria Mawar - 1. Ekru

23 Februari 2023   21:49 Diperbarui: 23 Februari 2023   21:52 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.reddit.com/r/rpg/comments/r0aqch/alternative_rpg_death_mechanics_the_death_ladder/

Kelinci bersembunyi di balik tirai yang rapuh dan di bawah furnitur yang lapuk.

Di ujung aula yang panjang dan lebar ada sebuah menara. Hal ini membuat kelinci berhenti sejenak. Ia memiliki ingatan yang samar-samar tentang tangga, tetapi mereka terus melewati tempat yang bisa dilihatnya. Dia menatap kakinya yang menghilang dan melompat ke atas mengejar ksatria, membuat lebih banyak suara daripada yang dia inginkan.

Kelinci berputar, menghindari lumut kering dan kayu lapuk. Dia tetap mengikuti, semakin dekat, sampai mereka tiba di bagian tertinggi menara.

Di sana terdapat sebuah tempat tidur tua berkelambu sutra tua berwarna kulit telur ayam yang bersinar di bawah cahaya matahari yang menerobos jendela. Tidak ada yang tidur di sana. Tidak ada keajaiban, hanya seorang ksatria wanita dan seekor kelinci yang gemetaran.

Ksatria itu berbalik.

"Ah, itu kamu," katanya, mengangkat kelinci dan memeluknya erat-erat dengan baju zirah kuning gading.

Ksatria membelainya. "Kamu tidak ingat, kan, Ekru? Aku Elaini."

Mendengar kata-kata itu, kelinci ingat bahwa dia telah melupakan sesuatu yang penting, tetapi tetap saja dia tidak tahu apa itu.

Ksatria Kuning Gading mencium wajahnya yang berkumis. "Perang sudah berakhir sekarang. Aku berharap--"

Tapi dia tidak menyelesaikan apa yang akan dia katakan. Sebaliknya, ksatria wanita membawanya ke halaman dan membebaskannya untuk berlari kembali ke liangnya.

"Selamat tinggal, sayangku," ucapnya lirih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun