Dia meninggalkan jejak dirinya di kaca jendela, kondensasi dalam bentuk Syauki, berkabut di kotak-kotak kaca. Lubang untuk mata, senyum berbentuk huruf u.
Istrinya duduk di dekat jendela dan menatap Syauki baru ini---Syauki dari bawah kuburan, Syauki di kaca jendela buram.
Syauki sebelumnya adalah seorang penjaja polis asuransi, bangun pukul lima dan pulang pukul sembilan. Selalu terburu-buru. Selalu bercita-cita menjadi sesuatu yang lain.
Di kaca, senyumnya memikat.
Istri Syauki mengembuskan napas ke kaca-dan dia memudar. Dia menjadi uap. Tidak mungkin membiarkannya pergi. Si idiot tidak melihat ke kiri dan ke kanan lalu ditabrak truk gandeng.
Kemudian dia kembali secara bertahap: pertama dagu dan kemudian senyum 'u' dan terakhir lubang di mata. Belahan rambut yang disisir setelahnya-lebih gaya dalam bentuk embun daripada di kehidupan nyata.
Seberkas sinar matahari menembus kaca jendela, menerangi kondensasi, membuatnya prismatik dan berkilau. Lebih bersemangat. Lebih lembap.
Ketika tukang antar paket yang mirip bintang drama Korea datang mengantar barang.
Istrinya menyeka Syauki dari kaca jendela.
Bandung, 20 Februari 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H