"Bagaimana mungkin dia tidak tahu namanya?" Ratu bertanya-tanya. "Aku bertanya kepada setiap orang yang kutemui di pesta pertama kita: siapa kamu, siapa orang tuamu, dari mana asalmu. Aku ingin tahu sampai ke hal-hal sekecil-kecilnya."
"Bagaimana mungkin dia tidak tahu seperti apa dia?" tanya Raja. "Aku tahu aku menghabiskan tarian pertama kita dengan mengingat setiap pori=pori kulitmu: mata, rambut, hidung, bibir...."
Mereka saling memandang dan tersenyum.
"Mungkin dia adalah pembicara yang luar biasa. Dan mungkin putra kami sangat pemalu sehingga dia menghabiskan seluruh pesta dansa hanya menatap sepatunya?" Ratu bertanya.
"Kuharap begitu, sayangku," desah sang Raja.
***
Dahulu kala ada sebuah sepatu, yang menjadi sumber keributan di antara para wanita di kerajaan tertentu.
Ayah mereka mencoba berunding dengan mereka. "Sandal itu benar-benar tidak praktis! Kaca? Serius? Salah melangkah maka sandal itu akan hancur dan mengiris kakimu berkeping-keping! Dan dua ukuran terlalu kecil untukmu! Hanya karena ratu memakai sesuatu seperti itu sekali bukan alasan agar ratu melompat dari tebing, bukan?"
Ibu mereka hanya menghela nafas bersama dan berkata, "Begitulah yang menjadi mode. Tunggu dulu. Musim lalu celana compang-camping yang dijahit dari seribu potongan kecil perca berbulu, tahun depan mereka akan menginginkan kulit anjing totol atau kostum gadis angsa atau hanya Tuhan yang tahu. Kalian akan melihat...."
***
Dahulu kala ada seorang pelayan dapur. Bukan pelayan dapur yang itu.