Tanganku melambai seperti bendera yang sobek, tapi taksi melewatiku.
Pintu bar terbuka di belakangku.
Jumat malam pergi berkelompok dan berpasangan. Aku mendengar tawa, lelucon tentang tempat yang belum pernah kukunjungi, buku yang belum pernah kubaca. Lagu nada sumbang dari film yang belum pernah kutonton. Percakapan manusia, kasih sayang.
Aku mencium harum buah ceri.
Dia bersandar pada batu bataku yang rusak, menendang daun gugur basah dari betonku.
"Aku menanyakan namamu," katanya. "Aku masih ingin tahu." Senyumnya lebar dan lebih lembut dari ujung syalnya yang compang-camping. Uap pada napasnya melewati bibirku. Bahunya menekan dekat dengan bahuku.
Namaku kertas dinding merah marun atau ubin marmer atau sofa kulit antik.
Dia menunggu. Batu bata mendorongku menjauh, bahkan saat aku berpegangan padanya. Beton menolak untuk melindungiku.
Aku berhasil mendapatkan napasku kembali. Sama hangat dengan miliknya.
Ketika aku menyebutkan namaku, suaraku terdengar hampir seperti manusia.
Bandung, 9 Februari 2023