Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aroma Menyengat

3 Februari 2023   22:00 Diperbarui: 3 Februari 2023   21:58 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kamu tak ada sampai hari kami bermain kejar-kejaran di lapangan sekolah dan aku berlari dengan kecepatan penuh untuk menjauh darimu. Kakiku terperangkap akar pohon, tersandung, dan kamu menyentuhku. Kita terkapar bersama. Rerumputan kering di mulutku, tanah yang dipanggang matahari, dan kamu terengah-engah, berkeringat, berbau anak laki-laki, menjepitku.

Sesuatu di dalam diriku berkobar saat kamu berguling dariku dan mengulurkan tangan.

Kelak, lama kemudian, aku menghirupmu dengan ciumanmu. Sabun cukur murahan dan barang kimia yang kamu oleskan pada rambutmu, dan aku mencoba mengatakan pada diri sendiri bahwa kam sama saja dengan semua laki-laki lainnya. Awalnya, aku tidak percaya, sampai beberapa bulan kemudian aku menangkap aroma bunga yang aneh dan langsung teringat temanku Lida.

Aku berdandan dengan hati-hati. Aku ingin terlihat berkelas, untuk menunjukkan bahwa aku telah move on. Aku memaksa Bram membeli setelan jas yang lebih baik, memilihkannya dasi yang cocok.

Kami berpegangan tangan. Dia meremas jemariku setelah penghulu mengatakan 'sah' yang disambut gegap gempita pengunjung yang hadir sebagai saksi.

Di barisan tamu aku mencium pipi Lida, lalu bergerak untuk menjabat tanganmu. Kamu menarik tubuhku untuk pelukan kilat, dan meskipun sabun cukurmu menjadi lebih mahal, tak ada yang berubah darimu.

Setelah makan,  aku permisi dengan alasan migrain. Aku tidak bisa mempercayai diriku sendiri.

Terkadang kamu bertanya mengapa aku tidak memakai parfum lagi. “Aku suka yang dulu kamu pakai, apa merknya?”

Aku masih memakainya, tapi tidak saat aku bersamamu. Kita tidak boleh ketahuan.

Sekarang, saat aku memikirkanmu, aku mencium bau bunga bakung. Ruang resepsi dipenuhi dengan bunga bakung. mereka ditumpuk di atas Anda. Manis, menjemukan, menenggelamkanmu, seperti potret yang telah photoshop di dudukan kaki tiga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun