Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Seharusnya Pujangga

1 Februari 2023   23:59 Diperbarui: 1 Februari 2023   23:56 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://ideas.ted.com/how-poetry-can-free-a-prisoners-mind-2/

di gorong-gorong kutaruh anggota tubuh
satu per satu tak lagi merasa
seperti mereka yang merebut hasrat sentuh
kulit jangatku yang kasap diraba


berapa kata yang dikesampingkan?
tanpa tertusuk tugas rutin harian?
hemoglobin bermakna saat mengaliri jalan
lalui arteri dan vena bersimpangan


sains mungkin hanya menimbang
studi dalam mencari fakta statistik
hak pilih menanggung nasib pembimbang
tubuh ini hantu bergenre pop gotik


yang kubutuhkan ditemukan ditinggalkan
goresan tinta mencela kebenaran
jalan berliku diujung musim penghujan
muse tidur rakyat jelata hilang panutan


pentingnya rendah
mendengar ucapan tanah
berbicara lembut jernihkan waktu
genggam dengan jari tangan kaku

profit dengan pengungkapan diri
norma yang mencubit kulit
mempertaruhkan paham ideologi
bagaimana rasanya ditinggal pailit?

kemanusiaan menciptakan penyebab asal
tarian menakjubkan di atas kanvas putih
kisah yang ditulis dengan huruf hitam tebal
mencuat dari kandang rintih sedih


penyair melanggam puisi
kaki lengan menemukan nasib
tak lebih dari cetakan industri
produksi massal makhluk gaib


akankah kita terus merobek
benang pengikat dunia pemberi bentuk
dan bernapas mengi terengah bengek
sembunyi di balik penyair ngantuk


di gorong-gorong kukubur stanza
larik-larik tak lagi berurat
demikianlah harusnya pujangga
yang gagal mengangkat derajat umat

Bandung, 1 Februari 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun