Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Naik Bus ke Pecinan

29 Januari 2023   18:27 Diperbarui: 29 Januari 2023   20:22 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://poskota.co.id/

Aku marah karena dia tidak membiarkan aku memberikan kursiku di metromini untuk wanita tua itu.

***

Beberapa dekade kemudian, aku membersihkan rumah Ibu setelah kematiannya. Di dalam laci mejanya terdapat dokumen imigrasi palsu dan foto binatu di Harmoni tempatnya bekerja. Perhiasan emas berserakan di antara buku dan pakaian, simpanan untuk hari tua Ibu, tersembunyi dari pencuri dan perampok.

Aku duduk dalam TransJakarta 1A ke Glodok. Tujuanku membeli jeruk di Pasar Glodok yang kini namanya kembali menjadi Pasar Petak Sembilan untuk ditaruh di kuburan orang tuaku.

Aku menatap para penumpang yang berdiri. Mungkin ada yang membutuhkan tempat dudukku.

Bandung, 29 Januari 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun