Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Workshop Menulis

26 Januari 2023   16:31 Diperbarui: 26 Januari 2023   16:40 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kami disuruh keluar.

Gunakan imajinasi kalian. Lihatlah semak-semak dan bayangkan sesuatu atau seseorang ada di sana.

Bersama yang lain, aku keluar ruangan dan berjalan melintasi halaman, mata menyipit di bawah sinar matahari.

Aku bisa mencium aroma manis padang rumput dan serbuk sari. Lebah berdengung, sangat sempurna di sekitar kamperfuli. Aku melihat sepetak rumput liar, gelap di bawah pagar tanaman, jauh dari kelompok lainnya. Aku berjongkok dan menunggu.

Peri, naga kecil, bukan hobbit, kucing hitam putih gemuk dengan tikus mati di rahangnya.

Tapi tidak, bukan itu.

Bentuknya kecil dan bulat seperti batu kerikil, tetapi warnanya kurang tepat, terlalu merah muda untuk sebuah batu, tidak cukup merah muda untuk sebuah kelopak bunga.

Aku menjulurkan tanganku melalui ranting, semak duri dan jelatang. Mengulurkan jari telunjukku untuk melakukan kontak.

Kulit mengenali dirinya sendiri dalam sekejap dan ujung jariku mengenali yang lain.

Aku menahan jeritan di balik gigiku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun