Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Peramal

26 Januari 2023   14:30 Diperbarui: 26 Januari 2023   14:33 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://parade.com/1285597/michelle-parkerton/best-tarot-card-decks/

Jika aku tidak selektif memilih tentang kebenaran, apakah pengunjung masih akan meletakkan uang di tangan yang berubah-ubah antara keputusasaan dan keniscayaan? Ketika gambar-gambar terbentuk di udara, memberi petunjuk tentang nasib mereka, aku ingin menangkap rasa sakit dan kekecewaan dan menguncinya dalam sebuah kotak.

Seorang wanita datang mencari kepastian dari kartu, putranya mengikuti di belakang. Saat menyusun kartu, aku mencoba untuk tidak menatap bocah itu. Wajahnya lebih putih dari taplak mejaku. Angka kematian seimbang di atas kepalanya, berkedip lima belas. Arang menodai lekukan angka lima, abu bertebaran di bahunya, pencabut nyawa pasti sudah menanti di sisi tempat tidurnya. Aku menahan keinginan untuk menanyakan usianya.

Sang ibu duduk memajukan kursinya, mengetukkan kakinya sesuai dengan jam di dinding.

Dia memperhatikan tanganku. Mata kami bertemu dan sekilas pengertian melintas di antara kami.

Aku mengungkapkan simbol harapan untuk ibu, menceritakan tentang penyelarasan bintang, cerita yang ingin dia dengar. Hembusan napas lega melingkar di udara, ketegangan dari tubuhnya leleh ke kursi saat dia tersenyum dan mengucapkan selamat tinggal.

Anak laki-laki itu berbalik untuk membisikkan terima kasih dan jari-jariku membelai kartu Kematian yang selalu tertinggal di bawah tumpukan.

Bandung, 26 Januari 2023

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun