Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Erato

18 Januari 2023   17:17 Diperbarui: 18 Januari 2023   17:18 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak sekali pun kamu menyukai kekeh burung murai atau burung merpati yang saling mematuk di kakimu.

Mereka merusak taman mawarmu, musikmu, dan gairah cinta.

Apakah kamu yang kucinta, atau, saat menunduk ke wajahmu? Apakah aku hanya memenuhi semacam tugas yang tidak jelas: membayar upeti pada pesona kecantikan ragawi?

Berhutang pada cinta seperti pada jiwa, keabadian atau hati, segala sesuatu yang kita hubungkan dengan perjanjian yang sangat kuno, kelahiran kita sendiri,) yang ketentuannya tetap tidak kita ketahui, tetapi yang tidak boleh kita khianati sedikit pun tanpa menghapusnya diri kita sendiri.

Kita direduksi menjadi lendir hantu atau saluran pencernaan.

(Erato: Muse puisi liris, terutama puisi erotis, dan tiruan mimik dalam legenda Yunani Kuno).

Bandung, 18 Januari 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun