Kami memanggilnya Persephone. Bukan karena dia suka buah delima, tapi karena dia selalu kembali. Dia datang setiap musim semi bersama hujan.
Ini bukan hanya tentang uang.
Dia menghitung setiap tagihan, dengan menjilat satu jari. Tapi dia juga menolong dirinya sendiri dengan menyesap setiap koleksi rasa anggur kami.
Kami mengikutinya saat dia menaksir barang-barang kami, mengambil lukisan, vas, dan tempat lilin. Dia memiliki selera yang sangat sempurna.
Suatu musim semi, dia datang dengan seorang pria pendiam. Dia tampak kesal. Mereka duduk di meja makan kami, ditata dengan kaca potong dan porselen.
Mereka mengenakan pakaian terbaik kami.
Kami mengawasi karena menjadi keharusan.
Bandung, 16 Januari 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H