Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lisoi

14 Januari 2023   06:28 Diperbarui: 14 Januari 2023   06:36 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Luhut Sitompul terbangun dalam sunyi. Luhut tidak terbiasa sunyi. Bahkan burung sialan pun berhenti bernyanyi.

Tidak ada bunyi logam beradu atau desis minyak goreng dari dapur. Tidak ada suara air dari kamar mandi, atau rintik hujan di atas atap yang didengarnya setiap pagi selama yang bisa diingatnya. Tidak ada teriakan dari putrinya, "Di mana sepatuku, Mak?" 

Tidak ada bunyi langkah kaki di lantai kayu tua. Tidak ada dengus napas kembang kempis. Tidak ada apa-apa.

Satu-satunya suara adalah napas Luhut yang terengah-engah setelah terlalu banyak rokok dan terlalu banyak tuak di Lapo Nando tadi malam.

Kalau kau mabuk seperti Luhut, kau akan mengira dia akan senang dengan kesunyiannya. Tapi Luhut tidak senang. Luhut terluka. Luhut sangat terluka.

Dia menopang bantalnya seperti yang dilakukan istrinya Tiur setiap malam sebelum membaca salah satu buku novel roman.

Sialan dengan cerita roman, kata hati Luhut. Novel sialan yang menaruh ide-ide aneh di kepala Tiur. Buku-buku itulah yang membuat Tiur menginginkan lebih dari yang bisa diberikan Luhut.

Dia kehilangan istrinya, putrinya, bahkan anjingnya.

Tapi Luhut masih memiliki harga dirinya.

Tapi harga diri tidak menjual lagu pop.

Luhut mengambil gitarnya dan berpura-pura harga dirinya telah menyusul ke ibu kota juga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun