ada puisi dalam suaranya yang gerah---
bunyi gemerincing tamborin
dan nada pesona dari gelang kakinya
di sini, di masa muda
kecantikan dan kekuatannya berada
ada puisi dalam suaranya
di decak lidahnya
suara langkah kaki menjauh
Isak tangis yang berat
dan detak jantung yang menderita
ada puisi di gubuk janda
perempuan senandungkan lagu-lagu
suara serak, rambut pendek
bagai raja hilang mahkota
mirip penderita kusta dikurung sendiri
persis jalan sepi licin
yang hidup berbicara dengan yang mati
dalam mazmur dan litani
kegelapan menjadi pelindung
terhibur dengan pakaian hitam
ada puisi dalam cinta seorang gadis
bunga mekar, semarak berkilau
pantang menyerah dan liat
seperti rajawali melepaskan telur
tidak jauh dari tempat damai tinggi
ada puisi di pasar agung
ketukan penabuh menarik hati sosialita cantik
mata cerah dan gigi lurus penentu maskulinitas---
puisi bermula sejak dulu kala
jadi tradisi
terkubur di tanah asal
yang kini primitif dan tak beradab
ada lahan tempat puisi berdiam---
dalam kata-kata yang tak terucapkan, keheningan, dan rasa sakit
ada di sini, sekarang, terbentuk dalam waktu, suara, dan ruang
dan aku menulis cerita
yang belum pernah didengar semesta
Â
Bandung, 13 Januari 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H