Hari ini di kereta, aku melihat seorang lelaki tua terserang stroke.
Tidak ada yang menarik alarm darurat.
Aku rasa istrinya tidak memperhatikan. Ia tampaknya sedang berkonsentrasi membaca tabloid kuning.
Mungkin pernikahan seperti itu.
Aku tidak berdiri. Aku tidak berjalan menghampiri. Aku tidak melakukan apapun.
Faktanya, sebenarnya aku bahkan tidak melihat. Aku bilang aku melihat.
Itu bohong. Sebaliknya, aku berpaling.
Aku melihat awalnya. Aku melihat kepalanya menunduk dan otot-otot di wajahnya tersentak. Cepat dan kuat. Lalu aku berbalik.
Aku berpaling.
Karena malu. Pada diriku sendiri.
Untuk kemudaanku. Untuk pengalamanku.
Dalam hati aku berterima kasih kepada kekuatan alam semesta. Terima kasih. Terima kasih karena tidak membuatku tua. Belum.
Tuhan tolong, jangan pernah membuatku tumbuh dan menjadi tua.
Aku memainkan game di ponselku. Sementara seorang lelaki tua mengalami stroke di kereta komuter yang sibuk.
Aku tidak pantas dikasihani, dan aku juga tidak memintanya.
Aku hanya meminta pengertian darimu. Untuk pengampunan?
Aku tidak tahu.
Bandung, 9 Januari 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H