Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hujan Badai

9 Januari 2023   11:13 Diperbarui: 9 Januari 2023   11:11 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Splat The Cat Plush Cheaper Than Retail (newstore99.pw)

Semua orang mengenal aku sebagai orang dengan banyak pengalaman dalam hidup. Seperti celanaku tersangkut di cabang pohon dengan aku masih mengenakannya dan roda mobil bapak menghadap langit seperti kura-kura terguling di punggungnya (aku bisa jelaskan semua ini.). Namun, yang ini terjadi pada adik perempuan teman bibi adik ayahku. Dan aku bersyukur hal itu tidak terjadi padaku.

Dina bekerja di sebuah pabrik di lembah, tiga puluh tiga kilometer dari tempat tinggalnya. Dia telah bekerja di sana selama bertahun-tahun, dan mengenal semua orang. Sebagian besar rekan kerjanya tinggal di desa terdekat, tetapi dia baru saja pindah ke pinggiran kota, ke rumah Perumnas yang dibangun tahun 1970-an.

Suatu Selasa Desember lalu, hujan badai baru dimulai, dan mandor Dina menyarankan agar dia melarikan diri pulang selagi kondisi cuaca belum terlalu parah.

Dina mencoba menyalakan mobil VW Camat tuanya, tetapi akinya mati. Mandornya menyarankan agar dia membawa mobilnya, meyakinkan Dina bahwa dia akan mendapatkan tumpangan pulang dengan seseorang.

Dina tidak membantah. Dia sangat terkesan dengan sekop dan mantel hujan tebal di bagasi. Satu-satunya masalah, mandornya menjelaskan, adalah AC mobil tidak bisa dimatikan..

Dina tidak terpengaruh, dia membungkus diri dengan baik, menarik topi ke bawah hingga menutup dahinya, dan membungkus syal di leher dan mulutnya.

Hujan dan angin menyambutnya saat Dina keluar dari jalan utama dan menuju rumahnya. Dia cukup trampil mengemudi dalam hujan deras.

Tetapi saat dia mengarahkan mobil dengan hati-hati ke jalan yang menuju ke kompleks, seekor kucing berlari tepat di depannya.

Dina menginjak rem, tergelincir, dan mendengar bunyi gedebuk yang mengerikan.

Dia duduk sejenak, memejamkan mata, lalu mengertakkan gigi dan keluar dari mobil.

Berjalan memutar ke belakang. Di trotoar, tiga puluh meter jauhnya, seekor kucing menggeliat kesakitan.

Dina mengambil napas dalam-dalam dan melihat ke sekitarnya. Jalanan sunyi sepi.

Kucing itu menggeliat lagi, dan Dina dengan enggan mengeluarkan sekop dari bagasi dan memukul kepala makhluk malang itu. Sekali, dua kali, tiga kali.

Kucing itu tidak bergerak. Darah menodai trotoar becek.

Dina memasukkan kucing itu ke dalam bagasi, tidak ingin pemiliknya menemukan hal yang mengerikan. Dia kembali ke rumah, gemetar.

Dina masuk ke dalam rumah dan menyalakan ketel. Saat menunggu air mendidih, ponselnya berdering. Dari kakak perempuannya, rekan bibiku, yang tinggal di kompleks yang sama.

Dina menghela napas. "Kamu tidak akan percaya hari yang aku alami!" katanya.

"Dengar!" kata kakaknya. "Kunci pintu, ada orang gila berkeliaran. Kamu tahu Persia putih Ibu Dahlan? Yang ramah itu? Tahu nggak, dia lagi nangis di depan pagar, menjerit minta diperhatiin. Ada maniak bertopeng pakai topi baru saja keluar dari mobil, memukuli kucingnya sampai mati dengan sekop, lalu memasukkannya ke dalam mobil dan membawanya pergi!"

Dina meletakkan ponsel dan keluar untuk memeriksa. Gumpalan bulu berdarah warna cokelat lumpur pekat itulah yang dimaksud kakaknya.

Bandung, 9 Januari 2023

Sumber ilustrasi 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun