Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hujan Badai

9 Januari 2023   11:13 Diperbarui: 9 Januari 2023   11:11 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berjalan memutar ke belakang. Di trotoar, tiga puluh meter jauhnya, seekor kucing menggeliat kesakitan.

Dina mengambil napas dalam-dalam dan melihat ke sekitarnya. Jalanan sunyi sepi.

Kucing itu menggeliat lagi, dan Dina dengan enggan mengeluarkan sekop dari bagasi dan memukul kepala makhluk malang itu. Sekali, dua kali, tiga kali.

Kucing itu tidak bergerak. Darah menodai trotoar becek.

Dina memasukkan kucing itu ke dalam bagasi, tidak ingin pemiliknya menemukan hal yang mengerikan. Dia kembali ke rumah, gemetar.

Dina masuk ke dalam rumah dan menyalakan ketel. Saat menunggu air mendidih, ponselnya berdering. Dari kakak perempuannya, rekan bibiku, yang tinggal di kompleks yang sama.

Dina menghela napas. "Kamu tidak akan percaya hari yang aku alami!" katanya.

"Dengar!" kata kakaknya. "Kunci pintu, ada orang gila berkeliaran. Kamu tahu Persia putih Ibu Dahlan? Yang ramah itu? Tahu nggak, dia lagi nangis di depan pagar, menjerit minta diperhatiin. Ada maniak bertopeng pakai topi baru saja keluar dari mobil, memukuli kucingnya sampai mati dengan sekop, lalu memasukkannya ke dalam mobil dan membawanya pergi!"

Dina meletakkan ponsel dan keluar untuk memeriksa. Gumpalan bulu berdarah warna cokelat lumpur pekat itulah yang dimaksud kakaknya.

Bandung, 9 Januari 2023

Sumber ilustrasi 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun