Berjalan memutar ke belakang. Di trotoar, tiga puluh meter jauhnya, seekor kucing menggeliat kesakitan.
Dina mengambil napas dalam-dalam dan melihat ke sekitarnya. Jalanan sunyi sepi.
Kucing itu menggeliat lagi, dan Dina dengan enggan mengeluarkan sekop dari bagasi dan memukul kepala makhluk malang itu. Sekali, dua kali, tiga kali.
Kucing itu tidak bergerak. Darah menodai trotoar becek.
Dina memasukkan kucing itu ke dalam bagasi, tidak ingin pemiliknya menemukan hal yang mengerikan. Dia kembali ke rumah, gemetar.
Dina masuk ke dalam rumah dan menyalakan ketel. Saat menunggu air mendidih, ponselnya berdering. Dari kakak perempuannya, rekan bibiku, yang tinggal di kompleks yang sama.
Dina menghela napas. "Kamu tidak akan percaya hari yang aku alami!" katanya.
"Dengar!" kata kakaknya. "Kunci pintu, ada orang gila berkeliaran. Kamu tahu Persia putih Ibu Dahlan? Yang ramah itu? Tahu nggak, dia lagi nangis di depan pagar, menjerit minta diperhatiin. Ada maniak bertopeng pakai topi baru saja keluar dari mobil, memukuli kucingnya sampai mati dengan sekop, lalu memasukkannya ke dalam mobil dan membawanya pergi!"
Dina meletakkan ponsel dan keluar untuk memeriksa. Gumpalan bulu berdarah warna cokelat lumpur pekat itulah yang dimaksud kakaknya.
Bandung, 9 Januari 2023