mimpi buruk yang sering itulah yang membuatku lelah
dalam pikiran ayah yang sudah meninggal
kebenaran yang mengkristal
tidak pernah ingin membiarkan generasi penerus
menderita seperti tulang terbakar
yang pernah terjadi setelah ekspedisi leluhur kakek
untuk menjadi garis keturunan bintang
bagaiman aku membayangkan kondisi jiwa
ketika mantra mengorbankan air mata?
kutatap mata ayah, tak pernah tahu
adalah kematian yang kulihat
Tuhan!
aku menyeru dengan nada hormat
di tengah hujan yang riuh
kau tahu Tuhan tidak akan pernah meninggalkanku
Dia takkan meninggalkan makhluk-Nya
taburan bunga di makam bersujud
kepada ibu seharian berlutut
apakah tanaman juga menyembah Tuhan?
tubuh adalah cita rapuh
dan kesedihan menjadi perhiasan
yang ditawarkan dunia kekejaman belaka
kesedihan adalah api yang membakar lidah
fobia kehilangan seseorang
pertama kali kita belajar dalam buaian
menguraikan tanah
menelan makhluk hidup
menggali benda mati
seekor burung kecil terbang dengan angkuh
di tengah hujan rintik-rintik
bernyanyi merdu di tengah hujan
aku melihat kematian di rumah
menghilang seperti bayangan
memeluk tubuh
kilatan cahaya menembus
dari matahari di langit
dan di sini kesedihan terungkap
dan di sini bersedih dimulai
Bandung, 8 Januari 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H