Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bersedih Dimulai

8 Januari 2023   20:04 Diperbarui: 8 Januari 2023   20:05 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

mimpi buruk yang sering itulah yang membuatku lelah
dalam pikiran ayah yang sudah meninggal
kebenaran yang mengkristal

tidak pernah ingin membiarkan generasi penerus
menderita seperti tulang terbakar
yang pernah terjadi setelah ekspedisi leluhur kakek
untuk menjadi garis keturunan bintang

bagaiman aku membayangkan kondisi jiwa
ketika mantra mengorbankan air mata?

kutatap mata ayah, tak pernah tahu
adalah kematian yang kulihat

Tuhan!

aku menyeru dengan nada hormat
di tengah hujan yang riuh

kau tahu Tuhan tidak akan pernah meninggalkanku
Dia takkan meninggalkan makhluk-Nya

taburan bunga di makam bersujud
kepada ibu seharian berlutut
apakah tanaman juga menyembah Tuhan?

tubuh adalah cita rapuh
dan kesedihan menjadi perhiasan
yang ditawarkan dunia kekejaman belaka

kesedihan adalah api yang membakar lidah
fobia kehilangan seseorang
pertama kali kita belajar dalam buaian

menguraikan tanah
menelan makhluk hidup
menggali benda mati

seekor burung kecil terbang dengan angkuh
di tengah hujan rintik-rintik
bernyanyi merdu di tengah hujan

aku melihat kematian di rumah
menghilang seperti bayangan
memeluk tubuh
kilatan cahaya menembus
dari matahari di langit

dan di sini kesedihan terungkap
dan di sini bersedih dimulai

Bandung, 8 Januari 2023

Sumber ilustrasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun