Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Z

6 Januari 2023   20:44 Diperbarui: 6 Januari 2023   20:58 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada di breaking news. Mereka menyuruh kita untuk tidak datang. Bodo amat, pikiranku. Mereka memfilmkan bukuku.

Sebenarnya bukan bukuku juga, sih. Bukan aku yang menulisnya. Tapi aku sudah membacanya, mungkin empat puluh dua kali, dan aku suka sekali buku itu. Itu bukuku seperti juga buku semua orang. Dan jika mereka memfilmkannya, aku harus hadir di sana.

Ceritanya tentang zombie, dan beberapa orang--emakku terutama--menganggap buku itu kekanak-kanakan.

Tapi tidak. Ceritanya benar-benar keren. Dan jika mereka memfilmkannya, aku harus keluar dari kamarku dan hadir di sana.

Aku berpikir untuk pergi pada siang hari, tetapi pasti semua orang tolol dan cewek akan ada di sana. Jadi aku menunggu gelap. Menunggu setelah gelap. Sekarang hampir jam tiga pagi. Itu harus dilakukan.

Jadi, yang ak-aku lakukan adalah menyelinap ke alun-alun. Ada pagar tinggi, ta-tapi tak ada po-polisi.

Tidak ada petugas ke-keamanan di sekitar, jadi ak-aku masuk saja ke lo-lok-lokasi. Ada plastik di pagar, jadi tak bisa lihat ke-ke dalam.

Ta-tapi seperti yang kubayangkan, kan? Ada truk ten-ta-tara dan lampu sorot dan i-itu. Sumpah mati, keren!

Ak-aku tidak melihat siapa pun. Itu bagus, tapi aku tidak bisa melihat siapa pun. Hanya satu hal yang harus kulak-lakukan. Menyelinap lebih jauh.

Aku mendengar suara-suara dan teriakan yang semakin de-dekat. Benar-benar seperti film horor, ya, kan?

Akhirnya, aku langsung sampai ke pinggir alun-alun. Orang-orang lari dan men-menjerit. Bet-betul-betul gila. Sumpah mati. Ke-keren!

Lalu aku dengar suara ini di belakangku. Aku berbalik dan ada zombie dengan darah mengalir di mulutnya dan ke kausnya. Matanya penuh darah dan terlihat sangat ke-ke-ren.

Lupakan bahwa ak-aku bahkan ti-tidak seharusnya ada di sana.

"Hei, kawan. Kamu terlihat sangat luar biasa!" ak-aku bilang pa-padanya.

Saat itulah aku melihat salah satu dari penjaga keamanan dengan teng-tenggorokan tercabik-cabik.

Aku bertanya-tanya apa yang harus aku lakukan ketika seorang pria lewat dengan headphone di kepalanya dan-dan-begitulah.

"Lari!" dia berteriak. "Demi Tuhan, lari!"

Terlambat. Ratusan zombie--aku sekarang menyadari itu adalah zombie, bukan figuran film--melompat dan ak-aku merasakan jari-jarinya yang dingin di wajahku saat dia menggigit leherku.

Dan dengan itu selamat malam Se-se-se-marang!

Sum-sum-sumpah mampus, ke-ke-keren!

Bandung, 6 Januari 2023

Sumber ilustrasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun