Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kontradiksi Logika Matriks

2 Januari 2023   22:13 Diperbarui: 2 Januari 2023   22:26 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Menurutmu apa yang terjadi pada orang-orang dalam mimpi ketika pemimpi terbangun?" Dorinta bertanya.

Eriel memikirkan pertanyaan itu, dan menatap Dorinta. Gadis itu pucat dan ramping, dengan rambut hitam panjang, mata gelap, dan logat yang tidak bisa dia tentukan asalnya. Mereka sedang duduk di kafe favoritnya, menyeruput kopi.

"Yah ..." katanya, memikirkannya. "Tidak ada 'orang' seperti itu. Itu semua hanya dalam imajinasi si pemimpi. Jadi tidak ada mereka untuk terjadi sesuatu, jika kamu mengikuti."

"Opini yang menarik," kata Dorinta, netral. "Dan apa yang Anda lakukan untuk hidup?"

"Untuk mencari nafkah," katanya, dan segera menyesal karena mengoreksi kesalahan kecil itu. "Saya seorang profesor. Matematika: logika, dan probabilitas."

"Seorang ahli logika? Hebat sekali. Jadi, jika Anda meninggal dalam mimpi Anda lalu Anda meninggal dalam tidur Anda, lalu jika Anda meninggal dalam tidur Anda, apakah Anda mati dalam mimpi Anda?" dia bertanya, berirama, seolah-olah itu adalah sebuah puisi.

Eriel teralihkan oleh iramanya, tetapi dia mengurai kalimat itu dan berkata, "Tidak. Tidak, itu tidak masuk akal. A menyiratkan B versus B menyiratkan A. Kebalikannya, tidak sama dengan proposisi aslinya."

"Berbicara, seperti dalam percakapan?" Dorinta bertanya.

"Tidak juga," kata Eriel, tetapi dia bertanya-tanya apakah mereka memiliki akar yang sama. Mungkin dia bisa mencarinya. Dia meraih pinselnya, tetapi menyentuh lengannya tak sengaja dan bertanya, dengan logatnya yang tak tertebak, "Dan di mana Anda mengajar?"

Eriel berpikir, tetapi tidak begitu ingat. Dan di mana tepatnya mereka? Dan siapa dia? Eriel merasa mendengar alarm, dan mulai berusaha untuk bangun.

"Jadi, profesor," kata Dorinta dengan sedikit penekanan. "Ini dia, kita sedang bercakap-cakap. Misalkan Anda pikir Anda sedang bermimpi, dan Anda mencoba untuk bangun. Apakah Anda yakin akan menyukai apa yang Anda temukan? Mungkinkah seseorang meneinggal dalam tidurnya, tetapi terus hidup dalam mimpinya? Beranikah Anda bertaruh?" Dan Dorinta mendorong cangkir kosong kepadanya sambil tersenyum.

Eriel terdiam sejenak untuk berpikir. "Tampaknya bodoh mengambil risiko," akhirnya dia berkata padanya, dan menuang kopi lagi untuk dirinya sendiri.

Bandung, 2 Januari 2023

Sumber ilustrasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun