Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Solilokui Si Gadis Buruk Rupa

1 Januari 2023   23:11 Diperbarui: 1 Januari 2023   23:15 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

sifat buruk pertamaku adalah gelap
aku adalah rambut yang menolak untuk tumbuh
meski ibu menahun tersia-sia
merawatnya dengan minyak kemiri dan kelapa
untuk diri sendiri dia memberiku adik perempuan
halus dan montok kuning
tambahkan burukku

bukan kecelakaan
saat kupepatkan permen karet ke rambut adik yang panjang berkilau
kuingin dia buruk
maka kulunakkan permen karet dengan ludah dan mengunyah
menyebarkan ke seluruh kulit kepala gadingnya
di antara rambutnya untuk merusak

wanita di salon berbondong-bondong merawat adikku
untuk menyentuh rambutnya.
di sekelilingnya mereka tampak seperti kelopak bunga
yang tumbuh dari kepalanya
di antara mereka dia bersinar bagai bunga
yang aneh

ibuku cemas di belakang
ingatkan penata rambut gunakan sampo bayi
bukan mencemerlangkan apalagi membasmi kelemumur
namun lembut tak perih di mata

di salon
ibu menegurku dan rambutku yang kaku
mencerocos menjelaskan, aku lebih mirip ayah
kisah tentang aku bermain di bawah terik matahari
untuk membenarkan warna kulitku
dan saat tukang cukur membuka kepalaku
aku bertanya-tanya
apakah 'ku akan cantik?

Bagai gadis-gadis yang memainkan kuncir kuda
di poster vitamin rawat muka
gadis-gadis seusiaku yang bersinar sinar dan bersinar.
bukan untuk anak perempuan dengan rambut tipis dan kulit kesturi

Kurasa itulah yang ingin dikatakan ibu pagi itu
ketika kucoba baju baru hadiah dari sepupu
adikku tidak berhenti menangis dan ibuberkata,
"berikan dia gaun itu, dia akan segera lupa
dan kamu akan memilikinya lagi besok."

sekarang kami lebih tua
adikku yang tidak meminta untuk diberi makan berlebihan
tidak pernah peduli menjadi cantik
dia mengemas tasnya ketika aku mengancam akan meninggalkan rumah
yang memberi tahu ibu bahwa itu adalah kecelakaan
ketika ibu menemukan permen karet tersangkut di rambutnya

kalian dengar?
dia mengatakan aku cantik
tulus dan murni
sangat jujur kedengarannya seperti penebusan.

saat kami bertemu dia bertanya tentang laki-laki
yang telah kusetubuhi
berapa banyak yang menyatakan cinta dan kemudian patah hati
mengingatkanku bahaya mereka yang buta terhadap keajaibanku

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun