Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Di Dapur

30 Desember 2022   06:06 Diperbarui: 30 Desember 2022   06:12 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku tidak pernah belajar memasak. Aku dapat membongkar mesin pesawat terbang dan memperbaikinya. Aku sepenuhnya mampu menjadi dirigen orkestra beranggotakan tujuh puluh orang. Aku memenangkan medali emas triatlon dan meraih gelar nasional dalam permainan catur cepat.

Aku hanya tidak bisa memanggang kue tanpa oven menghitamkannya menjadi arang, atau membuat gado-gado yang akhirnya tidak terlihat seperti muntah kucing, atau menu daging apa pun. jelasnya, memasak dan aku bukan dua kata yang cocok.

Itu sebabnya Ghea bersumpah untuk menaklukkan rasa takutku dan mengajariku cara memasak.

Aku khawatir sampai depresi tentang itu. Dia tidak mengerti riwayat masak memasakku: kegagalan, kebakaran, banyaknya makanan yang dibuang....

"Berhentilah berpikir seperti itu, Sayang," katanya sambil mengusap punggungku.

"Pertama, cuci dan sobek daun seladanya. Jangan dipotong. Sobek," katanya sambil menyerahkannya padaku.

Aku mengambil sabun, membersihkan serangga dan bahan kimia dari selada saat Ghea berbalik setelah menggoreng daging.

"Apa yang sedang kamu lakukan?" teriaknya.

Aku bertanya-tanya apa kesalahanku saat dia membuang selada.

"Baiklah," katanya. "Tugas baru. Buka kaleng ini, tuangkan jamur ke piring, dan letakkan di atas meja."

Aku gemetar, yakin akan ada yang tidak beres.

Tapi aku membuka kalengnya, membuka tutupnya dengan hati-hati, dan menuangkannya. Beberapa cairan menetes ke lantai. Aku mengepelnya sebelum Ghea melihat. Lalu diam-diam, aku memiringkan dan menuangkan sisanya ke wastafel. Saat aku selesai, jamur itu masih terlihat enak untuk dimakan. Aku meletakkan piringnya di atas meja.

"Luar biasa," kata Ghea ketika dia melongok ke meja. "Sempurna. Sekarang istirahat saja dulu sementara aku menyelesaikan sisanya."

Aku senang luar biasa. Ghea benar. Memasak tidak sulit.

Mungkin lain kali aku akan siap untuk empal gentong, rendang daging, gudeg Yogya, lontong soto Madura, bahkan pizza Italia.....

Bandung, 30 Desember 2022

Sumber ilustrasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun