Aku duduk di toilet kamar mandi sambil membaca sementara menyelesaikan urusan pembuangan.
Menyelesaikan epilog, aku memutuskan sudah waktunya bagiku untuk meninggalkan ruangan.
Aku membalik buku itu. Buku bekas dan ada stiker tua yang menguning di bagian belakangnya. Jauh lebih lebar dari tingginya, aku melepas stikernya.
Seperti yang wajar dilakukan, aku menggulungnya di antara ibu jari dan telunjuk  di sepanjang tepi terpanjangnya. Aku melakukannya sedikit di luar sumbu untuk membentuk kerucut spiral yang meruncing di ujungnya. Terlihat bagai selongsong peluru.
Aku satu-satunya manusia yang pernah melihat spiral ini.
Spiral yang terbuat dari kertas. Kertas itu berasal dari pohon yang mati.
Lem sebagian terbentuk dari karet, dari minyak, dari makhluk yang sudah lama mati.
Kehidupan tanpa akhir kini telah memuncak menjadi bentuk baru yang sangat kecil, yang kubangun sebagai kenikmatan yang sederhana dan sesaat.
Aku satu-satunya orang yang akan pernah melihatnya.
Aku mempertimbangkan untuk memasukkannya ke tempat sampah. Hidupnya telah dijalani dan sekarang selesai.
Tapi ... tidak jadi. Aku menyimpannya.
Ini punyaku.
Bandung, 29 Desember 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H