Spesiesku berevolusi saat Alam Semesta akan segera berakhir.
Bintang-bintang di langit berkelap-kelip satu per satu.
Aku mempelajari sebabnya di sekolah dan telah membaca lebih banyak lagi dari hari ke hari. Saat halaman terbuka aku hampir bisa mengerti, tetapi kehilangan semuanya semenit kemudian.
Aku seorang pelukis, bukan ilmuwan.
Setiap malam aku mendaki bukit di belakang rumah dan melukis beberapa bintang yang tersisa.
Aku adalah bagian dari generasi terakhir bangsaku. Dengan akhir zaman yang begitu dekat, berkembang biak dilarang beberapa dawawarsa lalu. Dianggap terlalu kejam bagi anak-anak untuk mati.
Anehnya, hampir semua dari kami menjadi seniman dari berbagai jenis dan genre.
Orang tua kami terkejut. Mereka meramalkan bahwa kami semua akan terobsesi dengan sains dan berusaha mencari solusi.
Tidak ada solusi.
Hidup itu indah. Dunia ini indah.
Kami mencoba untuk merayakannya dengan sebaik mungkin dalam musik kami, gambar kami, pahatan kami, tulisan kami. Selagi kami masih mampu.
"Kenapa?" orang-orang tua bertanya kepada kami. "Apa untungnya?"
Sejak kapan seni perlu ada untungnya?
Â
 Bandung, 28 Desember 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H