Ketika aku berusia sembilan tahun, ibu memberi tahu tentang jaring dan getah. Dia tidak tahu tentang masa depan, tetapi dia ingin mempersiapkanku. Kami, selama dua generasi, adalah keluarga tanpa sayap. Kakak laki-lakiku mengalami sakit punggung yang menyiksa pada usia tiga belas tahun dan kami pikir itu yang terjadi padanya, tetapi kemudian rasa sakitnya hilang dan punggungnya mulus saja. Tidak ada riak atau lubang. Hanya kulit yang dirusak oleh beberapa jerawat.
Aku tidak ingin itu terjadi padaku. Yang bersayap diejek di masyarakat. Mereka terjebak dan sering dipenjara.
"Manusia tidak dimaksudkan untuk terbang," mereka berkata dan berteriak. Yang bersayap artinya terkena kutukan.. Keterlaluan. Malaikat bumi hilang dan tidak mampu melawan gravitasi.
Suatu malam, ketika aku usiaku sudah empat belas, aku tidak bisa tidur. Punggungku berdenyut. Aku melepas baju tidurku dan melihat kulitku berdenyut. Yang sedang terjadi adalah aku menumbuhkan sayap.
"Ibu!" teriakku.
Ibu muncul dan menatap tubuh telanjangku. Dia menutup mulutnya dengan tangan. Sayapku sudah tumbuh. Tidak ada yang bisa dia lakukan.
Ayah muncul dan menutupi tubuhku dengan selimut, tetapi sayapku tumbuh dan selimutnya jatuh. Setelah satu jam, sayapku telah tumbuh sempurna sepenuhnya. Aku membiarkan sayapku mengepak. Aku terangkat ke udara, Â terbang melewati jendela rumah dan kemudian keluar menuju malam.
Bumi sangat indah dilihat dari langit. Aku merasa bebas merdeka. Aku tidak ditambatkan ke tanah. Aku adalah manusia terbang dengan sangat gembira.
Aku berpikir untuk terbang ke Kutub Utara.. Angin dan sayapku membawaku. Saat itulah jaring raksasa yang diluncurkan dari bawah, menjerat dan menarikku ke Bumi.
"Kamu adalah anak Iblis." Lelaki itu memakai jubah pendeta. Dia dan anak buahnya dengan hati-hati membuka jaring dan menempelkan getah ke sayapku. Aku menjadi lelucon di antara mereka. Aku adalah hal yang aneh. Orang aneh di antara orang normal.
Mereka menahanku di Gereja dan memajangku setiap hari Minggu.
"Bukankah ibumu memberitahumu tentang sayap," pidato pendeta saat khotbah. "Tidak ada yang mendapatkan kebebasan di Bumi. Kita semua terikat."
Mereka memberiku seember air setiap hari dan alih-alih mandi, aku mencelupkan sayapku dan mengutak-atik getah.
Suatu hari aku akan bebas. Suatu hari aku akan terbang ke langit lagi dan menjadi makhluk luar biasa.
Seorang wanita bersayap.
Bintaro, 27 Desember 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H