Ketika masih kecil, dia duduk di bawah pohon tinggi dengan buku dongeng, karena ibunya berkeliaran di jalanan dengan pikiran yang hancur.
Sang ibu bergerak mengikuti suara-suara di kepalanya, di antara bisikan-bisikan di jalanan. Dia berjalan melewati taman dan menyusuri sungai mencoba menjernihkan otaknya dari desau di kedalaman.
Di dalam buku dongeng, anak itu menemukan kenyamanan, di suatu tempat di negeri yang jauh, tempat di mana hewan bisa berbicara dengan manusia, tempat bunga liar tumbuh, membumbui ladang dengan warna cerah.
Ya, ada warna, warna-warna yang menembus jauh ke dalam kegelapan. Namun tetap saja ibunya terus merayap di pinggir jalan, berbicara dengan semak-semak dan bintang-bintang.
Tabib telah memberi ibunya obat untuk menyeimbangkan otaknya, tetapi sepertinya tidak ada yang menempel, jadi dia berjalan terus dan terus sampai lelah, dan akhirnya tersandung kembali pada anak satu-satunya di bawah pohon ara dengan buku dongeng di bawah hidungnya.
"Mama, Mama menemukan jalan kembali," anak itu biasanya berkata dengan nada penuh harapan dalam suaranya.
"Cahaya. Cahaya. Cahaya. Bintang-bintang, menurutku," gumam ibunya, "kerlap-kerlip cahaya bawa aku ke sini."
Bintaro, 24 Desember 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H