Tinggal di ibu kota, aku menikahi istri pertamaku dan membeli villa di Puncak. Aku mendapat komisi dari seluruh dunia. Aku terus bekerja.
Di usia tiga puluhan, aku mendapatkan istri baru. Namaku sudah sangat terkenal. Aku terus bekerja, tetapi sudah tyak ada lagi kebahagiaan. Pekerjaanku terasa membosankan. Komisi menyusut.
Di usia empat puluhan, aku bercerai dan menikah lagi. Aku menjual apartemenku di ibu kota. Kami tinggal di pinggiran  dan aku diam di rumah hampir setiap hari. Basuki Kecil lahir. Empat tahun kuhabiskan menatap kanvas kosong, balok kayu, dan plester semen.
Aku menjadi depresi dan ingin bunuh diri. Masuk rumah sakit jiwa selama sebulan. Dan sekarang aku duduk di studio menatap Basuki Kecil melalui jendela. Kemarahanku tumbuh dan berkembang. Aku tersedak amarah saat aku melihatnya. Untuk pertama kalinya, aku keluar dan berteriak pada Basuki Kecil. Aku berteriak sampai dia menangis dan ibunya membawanya pergi.
Aku menyodok lumpur dan mengarahkan jariku ke langit. Aku tidak merasakan kegembiraan.
Aku bukan lagi seorang seniman. Aku akan pergi ke kota dan membeli tali tambang.
Bintaro, 24 Desember 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H