"Kami telah mengambil menyimpulkan, bahwa kedua suku kuno ini hidup berdampingan selama bertahun-tahun," kata arkeolog tersebut. "Lalu tiba-tiba, mereka saling menyerang hingga kedua suku habis tumpas."
"Mengapa?"
"Kami tidak yakin. Tapi kami punya teori, berdasarkan instrumen mereka."
"Instrumen?"
"Ya. Mereka merentangkan kulit binatang di atas tunggul pohon yang berlubang."
"Seperti kendang atau beduk?"
"Tepat."
"Tapi apa hubungannya beduk dengan kematian mereka?"
"Kami menemukan ribuan kulit binatang yang usang dan robek, terawetkan di bawah tumpukan salju di sepanjang perbatasan antara orang-orang ini. Tampaknya mereka saling serang dengan suara beduk. Pada titik tertentu, kami menduga mereka tidak tahan lagi, dan akhirnya tewas.
Bandung, 21 Desember 2022