Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Terdampar di Perut Bumi - Buku Satu: I. Terdampar (Part 25)

8 Desember 2022   18:02 Diperbarui: 8 Desember 2022   18:05 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pri. Ikhwanul Halim

Burung-burung berkicau dan monyet-monyet memekik saat Tiwi dan kawan-kawan menerobos jalinan semak belukar dan daun hijau tua yang memanjang. Pemandangan di dalam hutan membuat Tiwi menganga terkagum-kagum. Begonia ungu dan merah muda yang menakjubkan. Spesies nenas dan anggrek berjajar di lantai hutan hujan. Kabut lembut menggantung di udara dan serangga berputar-putar dalam sinar cahaya yang ditapis pohon pakis yang menjulang tinggi yang tumbuh di rumpun bagai payung raksasa di atas tiang setinggi tiga meter.

"Rasanya gue lagi syuting film King Kong," kata Miko.

Mereka merintis jalan mendaki lebih dalam ke hutan lebat. Aroma tanah segar yang kental dan bunga-bunga eksotis menguar di udara. Ketika berjalan, sepatu Tiwi tersangkut di tanah yang lembut dan kenyal. Sesuatu meluncur dan mencicit di dekat kakinya, membuat dia melompat dan tersandung.

"Apa itu tadi?" bisiknya.

 "Semoga sesuatu yang lucu dan menyenangkan," kata Miko.

Hanya Miko yang akan menganggap hewan pengerat pulau yang terjangkit penyakit, seperti tikus yang terlalu besar, sebagai hewan peliharaan yang lucu atau suka dielus-elus.

"Bayangin bulu lembut dan mata merah mengkilap menatap lu saat beberapa senti lebih dekat, menunggu lu peluk."

Memutuskan untuk mengabaikannya, Tiwi maju beberapa langkah melalui semak-semak, sampai dia terpeleset dan jatuh ke samping, menerobos kelompok tanaman berdaun besar dan meluncur menuruni bukit berbatu. Tiwi berusaha memperlambat laju penurunannya dengan mengulurkan tangan, mati-matian mencoba meraih cabang pohon atau batang kayu atau apa saja untuk menghentikan momentum akibat gravitasi. Batu-batu beterbangan dan dahan-dahan menampar wajah, lengan, dan kakinya.

Akhirnya dia berhenti berguling ketika punggung dan kepalanya menabrak sesuatu yang keras. Dia terdiam dengan tubuh gemetar. Menarik napas dalma-dalam dan meraih ke belakang, jari-jari Tiwi menelusuri kulit pohon yang memberhentikannya.

Dia mengusap kepalanya yang berdenyut-denyut dan berkedip sambil mengerang. Bintang-bintang berputar mengelilingi kepalanya, menatap daun merah marun besar dengan bintik-bintik hijau kecil menjulang di atasnya.

Teriakan Zaki dan Miko bergema di hutan.

"Tiwi? Tiwiii! Lu nggak apa-apa?"

Dia baru saja membuka mulut hendak menjawab ketika sesuatu menggelitik rambutnya. Melihat ke atas, Tiwi menjerit melepaskan isi paru-parunya. Beberapa kaki berbulu berkedut perlahan. Delapan mata manik-manik melotot mengancam, dan capit raksasa bergoyang.

Laba-laba itu sangat besar, seukuran bola basket. Sekilas Tiwi memikirkan nama latin yang pantas, Arachnida godzilla.

Saat hewan yang tadinya hanya ada dalam kisah Harry Potter itu meluncur ke depan, Tiwi tersentak, mendorong sikunya ke belakang hingga punggungnya membentur batang pohon.

Sambil memekik saat laba-laba raksasa itu mendesis dan melesat ke arahnyau, rahangnya yang lebar hanya berjarak beberapa sentimeter  dari wajahnya. Tiwi berbalik dan menyambar sebatang tongkat dan kemudian menusukkannya ke atas, tepat ke perut buncit dari makhluk berkaki delapan itu. Tiwi tak pernah menyakiti makhluk apa pun, tapi dia juga tidak akan membiarkan makhluk itu menancapkan taring raksasanya ke dadanya.

Cairan hijau panas keluar dari luka laba-laba dan memercik ke wajah Tiwi. Bau busuk amonia menyerang  dan Tiwi menutup hidung dan mulutnya dengan tangan sambil terbatuk-batuk. Kalau saja dia berada dekat air dan sabun mandi atau apa pun untuk menghilangkan cairan laba-laba dari tubuhnya.

Miko dan Zaki datang menerobos semak-semak pakis. Tiwi melompat berdiri dan matanya menatap Miko. Perutnya bergejolak.

Astaga! Aku akan muntah tepat di kaki mereka! Apa yang akan Miko pikirkan? Pikirnya.

Miko menyeringai. "Sepertinya lu nggak butuh bantuan."

"Ya." Menarik napas panjang, Tiwi mencengkeram tongkatnya erat-erat, berjaga-jaga jika laba-laba itu kembali untuk ronde kedua.

Miko memeluk Tiwi tak ubahnya memeluk boneka besar. "Kamu benar-benar bernyali besar, Nak."

"Begitu juga Anda."

Tiwi tertawa dalam hati. Karena pelukan itu ... Miko berlumuran isi perut laba-laba juga.

BERSAMBUNG

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun