Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Terdampar di Perut Bumi - Buku Satu: I. Terdampar (Part 24)

7 Desember 2022   13:38 Diperbarui: 7 Desember 2022   14:00 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pri. Ikhwanul Halim

Suara Tiwi bergetar. "Kita tidak bisa bertahan hidup di sini. Kita tidak punya persediaan---tidak ada makanan atau air. Yang kita punya hanyalah apa yang nempel di badan dan kelapa pahit. Belum lagidarah kita akan dihisap sampai kering oleh nyamuk. Nyamuk di sini mungkin sebesar burung gagak."

Zaki mengambil sepotong kayu tipis dan menyodok melalui gundukan lumpur kering di sisi pohon kelapa. Dia memasukkan tangannya ke dalam lubang dan perlahan menariknya keluar. Sekelompok rayap yang menggeliat memanjat tangannya.

Tiwi melompat mundur. "Ya ampun, Zak. Apa kamu sudah gila?"

Miko mengangguk dan menggosok dagunya. "Zaki emang laki-laki macho, nyalinya gede. Thumbs up dari gue."

Pasukan rayap berubah menjadi lumpur cokelat setelah Zaki menggosok kedua tangannya. Tiwi meringis saat Zaki mengoleskan salep rayap ke seluruh wajah, lengan, dan kakinya seperti lotion anti ultra violet.

Miko tersenyum lebar. "Mungkin Tiwi bisa bantuin lu luluran seluruh body, bro."

"Setelah aku lulurin kamu, Mik," balas Tiwiu. "Jadi, ada apa dengan jus rayap itu?"

"Ini pengusir serangga asli produksi dalam negeri." Zaki menyeringai, menyeka tangannya ke baju dan celana pendeknya. "Penduduk asli di seluruh dunia telah menggunakannya selama berabad-abad."

Pintar, cerdas, jenius malah. Benar-benar cowok serba bisa.  

Lotion d'rayap ide yang bagus, hanya saja Tiwi tidak ingin gel anti nyamuk yang biasa dia pakai diganti dengan serangga yang tergencet.

Ekspresi Zaki menjadi serius. "Intinya, kita harus bertahan hidup di sini kalau perlu, jadi kalahkan rasa takut dan panik. Life is matter. Ingat tujuan kita, keluar hidup-hidup."

"Sangat memotivasi," kata Tiwi.

Miko meninju Zaki. "Bro, Dari mana lu tau soal rayap?"

"Dari Handbook Ranger Angkatan Darat A.S."

Zaki bicara dengan oenuh percaya diri sehingga Tiwi hampir mempercayainya, tetapi keraguan yang mengganggu di benaknya tidak bertahan lama.

Zaki menunjuk ke sarang rayap. "Ada yang mau mencobanya?"

Rayap remuk? Tiwi bergidik. "Tidak mungkin aku menggosok serangga mati ke sekujur tubuhku, kawan."

"Lu kudu mau kalau nyamuknya segede capung."

Bibir Miko menjadi garis tipis. "Bah, gue lakuin, deh."

Perut Tiwi bergolak. Melumatkan serangga besar yang aneh itu dengan tangan kosong tidak akan berhasil.

"Udah gila semua. Aku berharap mama ada di sini. Mama pasti tahu harus melakukan apa."

Air mata menggenang di matanya saat menatap rayap yang berlarian di sepanjang kulit pohon. "Kamu yakin melihat mama papaku dijemput?"

Zaki memeluk Tiwi untuk menenangkannya. "Yakin."

Tiwi gemetar dalam pelukannya. "Tapi kamu bahkan tidak melihat helikopternya. Bagaimana kamu tahu bahwa mereka aman di dalamnya? Ombaknya sangat tinggi, dan ...." Tiwi berhenti sejenak dan menelan ludah. "... dan angin mengingatkanku pada badai. Aku--"

Miko memotong dengan lembut. Dia menyingkirkan sehelai rambut dari pipi Tiwi. "Sekarang bukan waktunya untuk memikirkannya, Wi."

Tidak perlu berdebat dengan teman-temannya karena mereka hanya mencoba membantu. 

"Kamu benar. Orang tuaku tidak ingin aku mengkhawatirkan mereka."

"Tepat." Miko melepas kalung tali hitam dengan gigi hiunya yang tergantung di leher. "Lu boleh pakai jimat keberuntungan gue."

"Serius?" Tiwi tidak bisa mempercayainya. Miko tidak pernah melepas kalung itu, bahkan untuk mandi atau berenang, apalagi membiarkan orang lain memakainya.

Ketika Miko mengangguk sebagai jawaban, Tiwi mengusapkan tangannya ke permukaan gigi hiu yang putih dan halus serta tepinya yang tajam dan bergerigi. "Kamu sangat manis."

Miko berdiri di belakang Tiwi dan memasangkan kait kalung di leher gadis itu. "Ini adalah simbol bahwa lu akan bertahan hidup dari segala macam cobaan."

Miko selamat dari serangan hiu tahun sebelumnya. Hiu macan telah menggigit papan selancarnya, meninggalkan suvenir---salah satu gigi segitiga tajamnya, yang dipasang ke tali kalung yang dikenakan Miko sejak kejadian itu.

"Oh, Miko, aku tahu betapa berartinya ini bagimu." Tiwi menyentuh kalung itu dan memejamkan mata. Benda itu sangat berharga bagi Miko. Bahwa dia mempercayainya dengan miliknya yang paling berharga, meedali untuk keberanian, ketahanan, dan kelangsungan hidupnya. Suara Tiwi bergetar saat mengucapkan terima kasih padanya.

"Gue akan kembali," kata Zaki. "Gue ke hutan buat nyari air tawar."

"Apa?" Tiwi meraih lengannya dan melihat rona merah di pipinya. "Kamu bilang kita harus tinggal di sini."

Tanpa menatap mata Tiwi, Zaki menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya pelan. "Jangan khawatir. Gue nggak akan pergi jauh."

Dia berbalik dan pergi.

Mengapa Zaki terlihat kesal? Karena Miko mengizinkannya memakai kalungnya? Memangnya salah?

Miko berlari mengejarnya sambil menyeret Tiwi. "Pergi nggak ngajak-ajak? Nggak segampang itu, bro! Gue udah dari tadi pengin menjajah tempat ini."

"Ya, aku juga ikut." Tiwi takkan membiarkan Zaki tertular virus tropis atau flu sendirian. Selain itu, dia tidak begitu suka membayangkan tinggal di pantai yang dipenuhi serangga mutan tanpa sebotol kaleng Baygon atau Raid semprot.

BERSAMBUNG

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun