Dia duduk kembali.
"Bagaimana? Kawa Hijau bukan merek yang bagus. Kau tak punya alat peraga---" mengangkat tongkatnya, "---tak ada tagline juga. Tak ada yang bisa disablon di kaos. Punya situs web?"
Kawa Hijau menggelengkan kepalanya.
"Kau tahu," kata Barda, mengibaskan jarinya ke arah Kawa, "Aku telah melihatmu dan aku bertaruh ---dengarkan ini---kau punya topeng. Turunkan berat badan beberapa kilo, ganti kacamata model terbaru, kau tahu, dengan lensa pankromatik atau apa pun itu, dan topeng yang bisa turun otomatis dan kau bisa menjadi Laba-Laba Merah keren. Aku kasih tau, Laba-Laba Merah sempurna. Kau nanti punya cewek namanya Laba-Laba Mirah. Tinggal tagline. Coba bilang 'Minggir!'"
"Aku Kawa Hijau," kata Kawa.
"Ayolah, sekali saja. Bilang, 'Minggir!' Goyangkan pinggul sedikit. 'Minggir!'"
"Aku Kawa Hijau."
"Aku cuma kasih usul," kata Si Buta. "Kau bisa mengubahnya menjadi merk dagang."
Dia mencondongkan tubuh ke depan.
"Kau mau tahu apa yang kujadikan tagline?"
Pintu terbuka dan direktur casting melangkah keluar. Si Buta dari Gua Hantu dan Kawa Hijau menoleh.