Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Batas-Tak-Bertuan (XV)

4 Desember 2022   15:57 Diperbarui: 6 Desember 2022   18:39 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pri. Ikhwanul Halim

Ketika Malin berhasil keluar dari ketercengannya, dia mereka bahwa kaum Dunia Barat terlihat jauh berbeda dari kebanyakan puak penghuni Dunia Timur. Punya satu kepala, dua tangan, dan dua kaki juga. Hanya saja kulit mereka pucat, bibir terlalu  tipis, dan rambut mereka bukan hitam. Legenda tentang mereka menggambarkan makhluk-makhluk mengerikan, bukan makhluk berkulit cokelat atau kuning seperti kebanyakan temannya. Siapa yang akan menyukai makhluk seperti itu?

Melepaskan jari-jarinya dari pelatuk busur tangan, Malin perlahan meletakkannya di meja, mendorongnya ke arah Karung Umbi. "Ada beberapa kesalahpahaman di sini," katanya, membasahi bibirnya yang tebal. "bagaimana kalau aku menraktir kalian tuak?"

Karung Umbi menampar garis rahang Malin. Saking kuatnya tamparan itu, kepala Malin tersentak ke belakang.

Jalang! 

Menggosok dada Malin yang berbulu, Karung Umbi memperhatikan wajahnya untuk mengukur reaksi Malin saat menyentuhnya. Daging dengan bulu halus. Malin sangat menarik bagi kebanyakan orang yang bersentuhan dengan kulitnya.

Kesadaran menyentuh sesuatu yang luar biasa segera muncul, melintas di ekspresinya yang masam, melembutkannya. Alis Karung Umbi terangkat, pupil matanya melebar,dan mulutnya membentuk  O merah muda sempurna. Bibirnya semakin merah dan napasnya semakin cepat.

Karung Umbi terpaku menatap telapak tangannya, menggoyang-goyangkannya, mencoba melepaskan diri dari kenikmatan itu. Dia menarik sepasang kasut tangan merah dari ikat pinggang merahnya dan memakainya. Kulitnya nyaris tidak menutupi pergelangan tangannya.

Mulut Malin berkedut menjadi seringai kecil. Dia tahu Karung sedang berpikir untuk memasukkan sepuluh jarinya dan lebih banyak lagi ke dalam dadanya. ingin memuaskan keinginan barunya untuk menyentuhnya, menggosoknya, kehilangan dirinya di giginya.

Jelas Dunia Barat telah lupa bahwa puak Ma'angin adalah kaum terbaik dalam memberi kebahagiaan badani.

Bibir Malin yang lebar semakin melebar, memberi Karung Umbi salah satu senyum jahatnya yang telah diperhitungkan Malin akan merusak pikiran sehat yang seharusnya mengalir melalui kepala gadis Dunia Barat itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun