Iwan terbatuk tidak nyaman, mengisi kursi di depan meja Himawal.
Telinga Gugun berdenging. 'Menghilang begitu saja'? 'Tidak kembali'?
Dia sedang berdiri di sana!
"Ehm, Pak Himawal. Maaf. Sepertinya ada kesalahpahaman yang parah."
Kata-katanya mengalir darinya dengan cepat jatuh di telinga yang tuli saat Himawal dan Iwan berbicara, sepertinya dia bahkan tidak ada.
Tidak ada? Gagasan itu tidak masuk akal.
Tapi rasanya memang begitu. Selama berminggu-minggu. Dia merasa hampir yakin tapi tidak terlalu yakin.
Gugun berlari ke toilet, mengingat bagaimana dia berulang kali diabaikan. Diinjak-injak. Didorong. Diabaikan.
Mencengkeram pinggiran wastafel, dia melihat ke cermin.
Tapi dia tidak ada di sana. Yang menatap ke arahnya adalah udara kosong.
Gugun menggosok-gosok matanya kujat-kuat, menggosoknya berulang kali berharap membuat matanya berfungsi dengan baik. Namun tetap saja. Ketika dia membuka matanya, dia masih tidak melihat apa-apa.