Lebih baik kamu ceritakan sekarang."
Joko termenung sambil mengelus dagu.
"Maksud Anda," katanya perlahan, "bahwa dia hanya menyuruh Anda memotret kaleng tembakau dan isinya, dan mengirim cetakannya ke toko di Kemang?"
"Iya," jawab Ratna. "Untuk Rusty."
'Kenapa?' tanya Joko.
"Jujur, aku tidak tahu," jawab Ratna. Dia terdengar lelah dan putus asa. "Aku tahu ceritaku terdengar sangat tidak masuk akal, dan aku tahu aku bodoh."
"Anda memang sangat bodoh," kata Joko tanpa basa-basi. "Meski demikian, saya percaya Anda."
Ratna melihatku dengan tatapan mencela. "Yah, sangat berarti buatku."
"Aku hanya berharap kamu memberi tahuku semua ini dari awal," kataku.
"Sekarang aku tahu," katanya. 'Tapi aku takut sama Kujang, dan aku tidak berani memikirkan apa yang mungkin terjadi pada David jika aku memberi tahu orang lain."
Joko mengangguk mengerti. "Saya menghargai bahwa Anda berada dalam posisi yang sangat sulit, Nona Ratna. Tapi Anda seharusnya menceritakan pada Tuan Handaka."