Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Penyunting

14 November 2022   07:30 Diperbarui: 14 November 2022   07:37 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seharusnya aku tahu ini pasti gagal. Kita terlalu berbeda: seperti lagu Sting 'Englishman in Now York'. Kamu minum kopi aku minum teh, dear. Kamu bilang 'keran', aku katakan 'katup'. Aku tulis 'saliva', kamu ubah jadi 'liur'. Kamu menghilangkan hampir semua idiom, sinonim, tag dialog, atau apapun warnamu.

Omong-omong, warnaku merah, milikmu hitam, yang menurut definisi mutlak bukan warna.

Yang kamu minum kopi hitam. Tidak pernahkah terlintas di benakmu bahwa terkadang akan lebih baik jika membeli sekotak susu UHT dalam perjalanan pulang daripada menungguku membawakannya ke mejamu?

Penggunaan tanda baca interogatif yang terlalu bersemangat juga menjadi masalah. Seperti jiwamu yang terdesak menumpahkan kecap asin manis sedang pedas dalam setiap masakan, menekankan suku kata pertama, bukan suku kata kedua atau ketiga. Dan jangan harap aku akan menambahkan merica dan garam.

Ketika aku mengeluh, kamu membantah semuanya dengan angkuh. Kamu bilang aku membutuhkan terapi. Bahwa aku punya masalah. Period. Itulah yang kamu katakan alih-alih 'titik'.

Kamu sepertinya tidak dapat memahami fakta bahwa kami, penulis, yang menciptakan bahasa yang disebut bahasa Indonesia ini. Itu sebabnya disebut bahasa Indonesia, bukan Inggris atau Amerika.

Kamu jelas tidak mau mendengarkan ketika aku bilang begitu. Mengatakan 'patuhi KBBI dan PUEBI', seakan-akan kamu sedang bicara di Indonesia Lawyer Club sebagai pengacara lembaga penguasa.

Mungkin kesalahan terbesar adalah menjadikan hubungan kita personal lebih dari profesional.

Aku seharusnya tidak pernah memintamu untuk menyunting naskahku. Bukan kamu.

Kamu yang pernah aku cintai karena caramu menyanyikan semua lirik lagu yang salah dari Soneta.

'Be Get Drunk' bukan 'Begadang'. 'Untill Morning' daripada 'Sampai Pagi'. Yang seperti itu.

Aku membeli bunga hari ini. Iseng. Ungu.

Hanya saja, sekarang kamu tidak di sini. Aku tak bisa mendeskripsikannya.

Kamu telah pergi, dan yang kulakukan hanyalah duduk menatap layar kosong laptop, berdoa untuk inspirasi yang tidak akan datang.

Bandung, 14 November 2022

Sumber ilustrasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun