Alfonso terbangun dengan kepala berdenyut-denyut. Selama beberapa saat gravitasi menahan matanya yang menyebabkan rasa sakit di otaknya.
Mungkin dia terlalu kasar pada Alana. Dia harus meminta maaf.
Ketika dia membuka mata, dunia berputar. Alfonso membutuhkan waktu lebih lama dari yang seharusnya untuk menyadari alasannya.
Auditorium itu kosong. Istrinya berdiri di seberang panggung, mengenakan jubahnya, memegang pisaunya.
"Alana?" dia serak.
"Kau benar, Alfonso," katanya. "Aku sudah memikirkannya, dan kau benar. Siapa pun dapat melakukan pekerjaanku."
"Alana," serunya.
Istrinya tersenyum manis, mengangkat pisau pertama.
"Aku ingin tahu," katanya, "apakah orang lain bisa melakukan pekerjaanmu."
Bandung, 9 November 2022