Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kasus Sang Harimau (Bab 49)

8 November 2022   12:14 Diperbarui: 8 November 2022   12:17 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Apa kata rumah sakit? Ketika aku menelepon, mereka hanya mengatakan bahwa dia dalam kondisi kritis dan harus dirawat di ICU."

Bibir Tuan Syarif bergetar. 'Tampaknya dua puluh empat jam ke depan adalah masa kritis," jawabnya. "Tengkoraknya retak dan tulang dada serta lehernya remuk parah."

Aku mengangguk penuh simpati. "Kalau ada yang bisa aku lakukan, Tuan Syarif, jangan ragu untuk menghubungiku."

Matanya yang sayu berkedip. "Anda sangat baik. Kami menghargai semua yang telah Anda lakukan. Kami berdua."

Ketika Tuan Syarif pergi, aku melihat melalui jendela apartemen. Dia berdiri sedih di trotoar, tampaknya tidak menyadari lalu lintas dan orang yang lewat, tidak menyadari dunia di sekelilingnya.

BERRSAMBUNG

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun