"Ada tambo yang biasa dinyanyikan ayahku kepada kami di malam hari, tapi aku tak dapat mengingatnya. Setiap malam aku mencoba, tapi aku tidak bisa mengingatnya. "
-Citraloka, Penyihir Kota Kembang
"Aku tidak percaya kamu belum pernah pergi ke klub sebelumnya," kata Ametia pada Ataya Khirani sambil memasang simpai.
Khiran menatap dirinya di cermin. Dia memakai gaun yang paling ketat, yang paling pendek, dan paling memalukan yang pernah dia pakai. Dia merasa ... telanjang.
 "Menurutmu bibi apakah ini tidak terlalu berlebihan?" tanya Khiran. "Aku merasa ini terlalu berlebihan."
"Gaun hitam yang indah," kata Ametia, menghampirinya dan melihat mereka berdua ada di cermin. "Dan kamu wanita cantik."
"Umurku baru delapan belas," kata Khiran. "Gaun ini kekurangan kain."
Mata Ametia berputar. "Oke, itu gaun pendek yang cantik, dan kamu wanita muda yang cantik." Dia menyentuh anak rambut yang tersesat di kepala Khiran dan meletakkan jepit emas di atasnya. "Senang?"
Khiran mengangkat bahu. "Aku tidak tahu. Maksudku, aku masih terlalu muda untuk---"
"Tidak lagi," potong Ametia, kepalanya bersandar di bahu Khiran.